Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
PENTING JIKA DIANGAP PENTING BIASA JIKA ITU BIASA PEDULI JIKA KITA INGIN PEDULI
- Get link
- X
- Other Apps
PENTING JIKA DIANGAP PENTING
BIASA JIKA ITU BIASA
PEDULI JIKA KITA INGIN PEDULI
Setiap hari senin biasanya sudah mewarnai segala aktivitas
Dewan Guru maupun seluruh siswa. Mulai dari mempersiapkan kelengkapan dan
atribut Upacara Bendera. Osis pagi-pagi sudah nampak hadir. Mengkondisikan
seluruh peserta upacara. Mulai dari baris berbaris dan kesiapan personil
paskibraka.
Tidak ada yang jangal dalam pelaksanaan upacara hari senin
kali ini, hanya saja ada beberapa amanah yang disampaikan oleh kepala Sekolah
dalam Pembinaan kali ini. Mengenai arti ‘GURU’. Menjadi seorang guru adalah
tugas mulai karena seorang guru memiliki berbagai macam kecerdasan dalam
menjalani profesinya. Kenapa menjadi seorang profesi? Karena Guru adalah suatu
pekerjaan yang memiliki keahian, skil yang disetarakan dengan seorang dokter.
“Kenapa tidak!” cuba bayangkan jika seorang dokter salah mendiaknosis tentu
menjadi bumerang, bukan!.
Begitu juga dengan seorang Guru, bagaimana seorang guru salah
mendidik atau seorang guru tidak peduli terhadap perkembangan siswa dan
siswinya. Ini menjadi sebuah ironi bukan. Namun itu semua tidak akan terjadi
jika didalam jiwa guru, jika ada jiwa
Tut turi handayani. Dan sangat wajar jika Guru menjadi surituladan bagi siswa
dan siswinya.
Dalam perkembangan di Era Digitalisasi ini terkadang mindset
seorang siswa belajar cukup dengan alat canggih dan serba Modern ini sudah
cukup mumpuni dalam menghadapi setiap problem materi bidang studi. Berbagai
aplikasi acap kali mempermudah setiap jawaban dalam soal-soal yang rumit
sekalipun.
Kembali berbicara tentang Tut turi Handayani, keteladan
seorang guru dizaman Modern ini sangat penting. Mengapa hal itu penting?. Karena
zaman yang serba cepat dan modern ini acapkali siswa terjebak dalam ruang
digitalisasi yang serba instan serta pengetahuan literasi yang sangat minim. Siswa atau kids zaman now
lebih tertarik pada primadonanya adalah
para idola kalangan artis, kalangan Youtuber, kalangan gamers yang terkenal. Yang
tanpa sadar mereka-mereka menjual dunia khayalan dan penuh settingan.
Misalnya kasus ngepreng tentang Ulang Tahun, kasus ngefreng
tentang pembagian sembako yang isinya sampah demi mencari sensasi semata,
walaupun masalah tersebut sudah cleat atau
tuntas. Atau pamer kekayaan, pamer jumlah digit rekening. Memang manusia
memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat!, secara norma hukum tidak masalah. Tetapi bagaiamana dengan nilai serta
etika itu perlu tanda tanya.
Jika kita amati realitas dan prilaku pelajar sudah ada
pergeseran nilai. Hanya saja kita selaku Guru atau orang tua hal tersebut
menjadi PR tersendiri dan perlu diawasi.
Peran media sangat penting dalam pengaruh tumbuh kembangnya
peradaban suatu bangsa. Bukan hanya beroreintasi pada komersialisasi semata. Disinilah
kehadiran seorang Guru dan Orang tua di nanti. Artinya adalah Peran Guru dan
Orang Tua atau wali murid harus bersinergi. Logika selalu dipertajam
1.
Seberapa
sering peran Guru dan Orang tua memantau kegunaan Smartphone?
2.
Mengapa
control pengunaan smartphone itu penting?
3.
Seberapa
urgenskah orang tua atau Guru memberikan kelongaran dalam pemanfaatan
smartphone
4.
Seberapa
besar dampak positif dan negatifnya siswa, jika diberikan keleluasaan dalam pengunaan
smartphone?
Nah,
jika pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu dilontarkan kedalam alam sadar
maupun bawah sadar seorang Guru maupun Orang tua tentu hal itu menjadi penting!
Tetapi
jika pertanyaan-pertanyaan tidak dipikirkan atau diabaikan, hal tersebut
menjadi hal yang biasa dan lumrah bukan menjadi realitas sosial.
Semua
tergantung pada orang-orang yang peduli
akan masa depan siswa dan anak kita.
Keteladan
bukan hanya sekedar ucapakan. Namun sebaliknya sebuah sikap yang bertanggung
jawab dari masing-masing peran sangat dibutuhkan pada zaman dan Era
Digilalisasi ini.
Salam
Literasi
Comments
Post a Comment