Antara Harapan VS Realita
oment yang mendebarkan adalah moment dimana ketika
siswa menghadapi kenaikan kelas. Wabil
khusus Kelas X dan XI pada satuan
Pendidikan SMA.
Mengapa demikian?,
tentu jawabannya adalah menyangkut masa depan siswa yang bersangkutan.
Setiap Instansi memiliki pola, budaya, sistem, dalam rangkaian proses Penilaian Pada
satuan pendidikan. Tetapi secara garis
besar Sekolah Negeri / Swasta merujuk pada Permendikbud 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Penilaian Dasar dan Menengah serta Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Nah, aspek
apa yang harus diperhatikan oleh insan pendidikan mengenai standar
proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Yaitu " "karakteristik
pembelajaran", serta memperhatikan rincian gradasi Sikap, Pengetahuan,
dan keterampilan.
Naik tidaknya siswa tergantung peran siswa,
walikelas, guru bidang study dan orang tua.
Kuncinya adalah adanya jalinan "komunikasi
yang terarah". tugas guru bidang
study adalah menilai siswa secara kognitif ( pengetahuan) dan psikomotor ( Keterampilan) kepada siswa yang bersangkutan. Sedangkan
peran walikelas mengarahkan,memotivasi siswa,
Mengontrol siswa dan membina hubungan dengan walimurid atau orang tua.
Sedangkan orang tua membina dan mengarahkan serta
memberikan motivasi dan dorongan, membangun komunikasi dua arah : mendengarkan
keluhan anak, harapan anak yang intinya
saling mendengarkan satu dengan yang lainnya dengan pendekatan hati ke hati
bukan komunikasi satu arah otoriter,
egois, dan yang lebih berbahaya
adalah masabodoh terhadap tumbuh kembang anak.
eberhasilan siswa adalah dambaan setiap orangtua,
karena tumpuan dan harapan serta ekstapet masa depan ada ditangan mereka.
Namun,
terkadang harapan tidak sejalan dengan realita. Harapan orang tua selalu
baik - baik saja tanpa halangan dan rintangan yang berarti.
Namun, pada
kenyataannya diera Globalisasi dan Modernisasi.
Terkadang siswa terjebak dan terpengaruh negatif pada penyalahgunaan
HP, mulai bermain game Tanpa melihat
waktu, melihat kontens berbau porno,
atau pengaruh lingkungan nonton pesta sampai larut malam bahkan pulang
pagi. Sampai - sampai di sekolah
kerjaannya molor alias tidur dikelas.
Dengan alasan sakit.
Oke, kita
kembali pada pokok pembicaraan.
Keberhasilan pendidikan tergantung proses Trisula
pendidikan. Trisula pendidikan, Yaitu:
1. Orang Tua
2. Sekolah
3.Masyarakat
Kenapa keluarga menjadi hal pertama dalam dalam
trisula pendidikan. Karena keluarga adalah perpustakaan pertama dalam peradaban
manusia. Karena ibu yang pertama
kali mengajari bagaimana membaca,
menulis, berjalan dan berbicara.serta
pendidikan ahlak dibentuk.
Sekolah,
kenapa sekolah kedua karena sekolah adalah sebagai sarana lanjutan dari
pada pendidikan keluarga yang bersifat Formal
Mulai dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA bahkan sampai dengan Perguruan
Tinggi.
Sedangkan yang ketiga adalah Masyarakat. Dimana
peran masyarakat adalah bagian control sosial dalam jalannya proses pendidikan.
Misalnya, jika ada siswa yang nongkrong
di warung, bermain gameonline diluar lingkungan sekolah, merokok, bolos. Tentu jika bertemu para siswa yang seperti
demikian. Ya tolong ditegur
dinasehati, ya kalau juga membandel
telpon aja Satpol PP atau pihak orang tua, pihak sekolah. Jangang dibiarkan, mereka yang tersesat. Apalagi jika masyarakat atau individu
sampai-sampai berbicara: "lain urusan ku,
lain puarhi ku, puarhini sapa,
bla..bla.. Yang intinya masa bodoh".
Intinya "peduli"
Siswa peduli pada masadepannya
Orangtua peduli pada anaknya
Guru peduli pada generasi bangsa
Masyarakat peduli akan peradabannya.
Saling asa, asi, asuh
Kik mak rham,
sapa lagi
By, Ekalaya
Irpan P, Sos
20 Juni 2020.
Mantap
ReplyDelete