Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
MENDIDIK DENGAN HATI PART 2
- Get link
- X
- Other Apps
lanjutan kisah "Mendidik dengan hati "
Kembali kita bicara mengenai mendidik
dengan hati. Apakah yang dimaksud mendidik dengan hati?. Mendidik dengan hati
adalah ketika seorang Pendidik mendidik dengan kelembutan, pendekatan
komunikasi dua arah, selalu mendengarkan keluh kesah Pesera Didik. Bukan
berarti mendidik dengan hati membiarkan setiap kesalahan Peserta Didik dimaklumi.
Perlu di garis bawahi akhir-akhir
ini. Seiring pengaruh Pengunaan Smartphone yang melebihi manusia normal. Tentu
ini menjadi dilema, perhatian khusus bagi semua kalangan. Contohnya bermain game
sampai lupa waktu, bermain tik tok yang tak jelas tujuan dan arahnya. Hal ini
merupakan penyimpangan primer. Yang memang masih di toleransi . dilihat sekala
penyimpangannya. Namun, bagaimana jika tindakan tersebut menjadi maniak alias
kecanduan game online. Tentu ini menjadi masalah keluarga bahkan masalah
sosial.
“Bagaiaman menyikapi hla tersebut?” .
tentunya jawabannya pada orangtua masih-masih. Bukan pada Pendidik
masing-masing. Perlu diketahui setiap permasalahan dan cara mendidik. Diawali
dari pihak keluarga. Karena keluaraga sebagai pondasi awal untuk menumbuh
kembangkan kepribadian anak.
Jika kita telaah ada 4 Agen
sosialisasi menurut Pendekatan Sosiologis:
1. Keluarga
2. Teman sepermainan
3. Sekolah
4. Media Massa
Dari empat Agen Sosialisasi tersebut diatas dapat
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Saling mendukung atau bisa juga
saling mencederai. Jadi inti permasalahan tersebut adalah bagaiamana agen
sosialisai tersebut mendidik dengan hati. Lalu sangat wajar jika orang tua yang cerdas
adalah orang tua yang paham dan mengerti
serta mengawasi putra putrinya dalam setiap langkah. Memang hal itu tidak mudah.
Lalu mendidik itu
seperti apa?
Mendidik itu seperti berbicara
Menjadi sebuah pertanyaan besar bagi para pembaca yang baik
hati serta beriman. Maksudnya disini adalah: siapa pun bisa berbicara sekali
pun dengan orang bisu. Namun, yang perlu digaris bawahi. Bahwa, mendidik
seperti berbicara adalah ketika anak, Peserta Didik ada kendala, ada masalah
dengan keluarga, tentunya Seorang Pendidiknya idealnya harus benar-benar
mengetahui keluh kesah, akar masalah yang dihadapi Peserta Didik. Agar nantinya
terjalin Komunikasi yang baik. Menjadi pendengar yang baik itu penting. Karena
dengan mendengar Seorang Pendidik, mengetahui
hal-hal yang tidak nampak dipermukaan. Komunikasi non formal harus dikedepankan
ketika Seorang Pendidik menghadapi Peserta didik yang super aktif. Bukan
pendekatan emosional. Memang itu hal tersulit dalam mendidik. Karena seorang Pendidik
adalah seorang Manusia yang sifat dan kadar Emosionalnya Dinamis sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Mendidik itu seperti menjalin cinta
Seperti kisah
percintaan yang diabadikan melalaui kisah Romeo dan Juliet yang selalu tak
pernah lekang waktu. Ketika cinta hadir direlung hati. Siapa pun itu orangnya.
Maka ia akan berjuang dengan sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan segalanya.
Sama halnya ketika
Seorang Pendidik mencintai profesinya. Maka dengan tulus ia akan mencoba
mengurai benang kusut dengan kasih dan sayangnya. Dengan kecintaannya. Bahwa
Peserta Didik yang bermasalah, super aktif, sering bolos,Alfa atau lompat pagar
bahkan tidur dikelas sekalipun. Bahwa dengan kecintaaanya. “Setiap masalah
adalah sebuah halang rintang yang dilalui oleh seorang Atlet lari”. Butuh sebuah latihan ekstra dalam melatih
sebuah kecintaan. Bukan hanya sekedar basa basi. Kata lembut merupakan kunci
dalam menjalin cinta antara Peserta Didik Dengan Seorang Pendidik.
Mendidik itu seperti mengasuh
Para pembaca yang budiman, budi semakin beriman. Saya dan
Para pembaca sekalian. Bagaimana kira-kira menjadi Seorang Pendidik di tingat
PAUD, TK. Mengasuh lebih dominan dalam proses KBM di tingkat PAUD, TK. Jika
kita melihat pendidikan di Jepang, atau di Eropa sekali pun. Pendidikan usia
dini menekankan pada pengenalan tentang nilai, norma dan Estetika. Pola asuh
dalam mendidik dilevel Pendidikan PAUD dan TK. Bukan berarti mengasuh
dikonotasikan sebagai hal yang negatif atau rendah. Justru dengan pola asuh
atau mengasuh yang dilakukan seorang Pendidik di satuan PAUD dan TK itu lebih
teruji tingkat kecerdasan seorang Pendidikan. IQ,EQ .
Disinilah keunggulan seorang Pendidik pada satuan Pendidik PAUD dan TK. Perlu kita
ajungi jempol bahwa landasan dasar Dunia pendidikan dibekali dari level
terendah. Sehingga bangunan besar tanpa sokongan pondasi yang kuat. dan tidak nampak indah bongkahan Emas bangunan Monas
sebagai icon Ibu Kota Jakarta. atau rasanya tak nampak tinggi sperti dua menara
tower Petronas yang berada di Malaysia.
“Iya,!” mendidik seperti mengasuh. Ketika Seorang Pendidik
menghadapi siswa yang jarang masuk, atau merokok. Tentu menjadi bomerang bagi
pihak sekolah maupun selaku orangtua/walimurid. “Jika dibiarkan menjadi Virus
lalu jika beri sanksi menjadi dilema”.
Lalu langkah apa yang tepat?. Berdasarkan pengalaman. Aturan formal memang
perlu dilaksanakan. Baik berupa buku point maupun sanksi tegas yang tertuang
didalam Tata Tertib sekolahnya masing-masing.
Jika hal humanis tidak diindahkan. Langkah formil perlu
dilakukan. Perlu hal demikian dilakukan. Karena Sekolah merupakan
lembaga formal yang harus dipatuhi
segala aturan yang mengikat sebagai Lembaga Basic Instusional.
Comments
Post a Comment