Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

MENDIDIK DENGAN HATI PART 2

 lanjutan kisah "Mendidik dengan hati "

Kembali kita bicara mengenai mendidik dengan hati. Apakah yang dimaksud mendidik dengan hati?. Mendidik dengan hati adalah ketika seorang Pendidik mendidik dengan kelembutan, pendekatan komunikasi dua arah, selalu mendengarkan keluh kesah Pesera Didik. Bukan berarti mendidik dengan hati membiarkan setiap kesalahan  Peserta Didik dimaklumi.

Perlu di garis bawahi akhir-akhir ini. Seiring pengaruh Pengunaan Smartphone yang melebihi manusia normal. Tentu ini menjadi dilema, perhatian khusus bagi semua kalangan. Contohnya bermain game sampai lupa waktu, bermain tik tok yang tak jelas tujuan dan arahnya. Hal ini merupakan penyimpangan primer. Yang memang masih di toleransi . dilihat sekala penyimpangannya. Namun, bagaimana jika tindakan tersebut menjadi maniak alias kecanduan game online. Tentu ini menjadi masalah keluarga bahkan masalah sosial.

“Bagaiaman menyikapi hla tersebut?” . tentunya jawabannya pada orangtua masih-masih. Bukan pada Pendidik masing-masing. Perlu diketahui setiap permasalahan dan cara mendidik. Diawali dari pihak keluarga. Karena keluaraga sebagai pondasi awal untuk menumbuh kembangkan kepribadian anak.

Jika kita telaah ada 4 Agen sosialisasi menurut Pendekatan Sosiologis:

1.      Keluarga

2.      Teman sepermainan

3.      Sekolah

4.      Media Massa

Dari empat Agen Sosialisasi tersebut diatas dapat mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Saling mendukung atau bisa juga saling mencederai. Jadi inti permasalahan tersebut adalah bagaiamana agen sosialisai tersebut mendidik dengan hati.  Lalu sangat wajar jika orang tua yang cerdas adalah orang tua yang paham dan mengerti  serta mengawasi putra putrinya dalam setiap langkah. Memang hal  itu tidak mudah.

Lalu mendidik itu seperti apa?

Mendidik itu seperti berbicara

Menjadi sebuah pertanyaan besar bagi para pembaca yang baik hati serta beriman. Maksudnya disini adalah: siapa pun bisa berbicara sekali pun dengan orang bisu. Namun, yang perlu digaris bawahi. Bahwa, mendidik seperti berbicara adalah ketika anak, Peserta Didik ada kendala, ada masalah dengan keluarga, tentunya Seorang Pendidiknya idealnya harus benar-benar mengetahui keluh kesah, akar masalah yang dihadapi Peserta Didik. Agar nantinya terjalin Komunikasi yang baik. Menjadi pendengar yang baik itu penting. Karena dengan mendengar Seorang Pendidik,  mengetahui hal-hal yang tidak nampak dipermukaan. Komunikasi non formal harus dikedepankan ketika Seorang Pendidik menghadapi Peserta didik yang super aktif. Bukan pendekatan emosional. Memang itu hal tersulit dalam mendidik. Karena seorang Pendidik adalah seorang Manusia yang sifat dan kadar Emosionalnya Dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi.  

Mendidik itu seperti menjalin cinta

Seperti  kisah percintaan yang diabadikan melalaui kisah Romeo dan Juliet yang selalu tak pernah lekang waktu. Ketika cinta hadir direlung hati. Siapa pun itu orangnya. Maka ia akan berjuang dengan sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan segalanya.

 Sama halnya ketika Seorang Pendidik mencintai profesinya. Maka dengan tulus ia akan mencoba mengurai benang kusut dengan kasih dan sayangnya. Dengan kecintaannya. Bahwa Peserta Didik yang bermasalah, super aktif, sering bolos,Alfa atau lompat pagar bahkan tidur dikelas sekalipun. Bahwa dengan kecintaaanya. “Setiap masalah adalah sebuah halang rintang yang dilalui oleh seorang Atlet lari”.  Butuh sebuah latihan ekstra dalam melatih sebuah kecintaan. Bukan hanya sekedar basa basi. Kata lembut merupakan kunci dalam menjalin cinta antara Peserta Didik Dengan Seorang Pendidik.

Mendidik itu seperti mengasuh

Para pembaca yang budiman, budi semakin beriman. Saya dan Para pembaca sekalian. Bagaimana kira-kira menjadi Seorang Pendidik di tingat PAUD, TK. Mengasuh lebih dominan dalam proses KBM di tingkat PAUD, TK. Jika kita melihat pendidikan di Jepang, atau di Eropa sekali pun. Pendidikan usia dini menekankan pada pengenalan tentang nilai, norma dan Estetika. Pola asuh dalam mendidik dilevel Pendidikan PAUD dan TK. Bukan berarti mengasuh dikonotasikan sebagai hal yang negatif atau rendah. Justru dengan pola asuh atau mengasuh yang dilakukan seorang Pendidik di satuan PAUD dan TK itu lebih teruji tingkat kecerdasan seorang Pendidikan. IQ,EQ .

Disinilah keunggulan seorang Pendidik  pada satuan Pendidik PAUD dan TK. Perlu kita ajungi jempol bahwa landasan dasar Dunia pendidikan dibekali dari level terendah. Sehingga bangunan besar tanpa sokongan pondasi yang kuat. dan tidak  nampak indah bongkahan Emas bangunan Monas sebagai icon Ibu Kota Jakarta. atau rasanya tak nampak tinggi sperti dua menara tower Petronas yang berada di Malaysia.

“Iya,!” mendidik seperti mengasuh. Ketika Seorang Pendidik menghadapi siswa yang jarang masuk, atau merokok. Tentu menjadi bomerang bagi pihak sekolah maupun selaku orangtua/walimurid. “Jika dibiarkan menjadi Virus lalu jika  beri sanksi menjadi dilema”. Lalu langkah apa yang tepat?. Berdasarkan pengalaman. Aturan formal memang perlu dilaksanakan. Baik berupa buku point maupun sanksi tegas yang tertuang didalam Tata Tertib sekolahnya masing-masing. 

Jika hal humanis tidak diindahkan. Langkah formil perlu dilakukan. Perlu hal demikian dilakukan. Karena Sekolah  merupakan  lembaga formal yang harus  dipatuhi segala aturan yang mengikat sebagai Lembaga Basic Instusional.

 

 

 

 

 

 

 

Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU