Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
GORESAN HATI SEORANG PENULIS PEMULA
- Get link
- X
- Other Apps
GORESAN HATI SEORANG PENULIS PEMULA
EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos
Kehidupan tentu tak terlepas dari kebutuhan lahir dan batin. Secara gamblangnya kebutuhan lahir berupa nilai materi, sedangkan kebutuhan batin adalah nilai moral, nilai nurani serta panggilan jiwa yang tak terbatas pada sekat-sekat material.
Bohong rasanya jika saya dan orang lain sekalipun tidak membutuhkan nilai materi. Karena memang setiap insan memiliki tubuh yang perlu diasup dengan kebutuhan materi.
Begitu pun cerita perjalanan saya sebagai penulis. Meskipun masih pemula tetapi setidaknya memberikan warna bagi kehidupan pribadi maupun bagi sekitar kita. Bercerita tentang realitas kehidupan siswa. Dengan berbagai permasalahan serta sekat sosial serta dorongan untuk memberikan ruang dalam kehidupan nyata. Bahwa disekeliling kita, siswa memiliki berbagai keterbatasan baik dari segi Ekonomi, masalah keluarga, perjuangan hidup, kesabaran bahkan kisah siswa berkebutuhan khusus (Disabilitas).
Menulis dengan hati memang berbeda dengan sekedar merangkum dalam mengangkat sebuah cerita. Menulis dengan hati membangun jiwa kemanusian, panggilan jiwa, toleransi serta kepekaan yang tinggi. Terlahir dari dalam diri, “terwujud dalam rasa dan karsa”.
Pujian adalah yang disukai oleh manusia. Tidak ada seorangpun diantara kita tidak suka dengan pujian. Namun, bukan berarti baperan atau gila atas pujian orang lain.
Begitu juga dengan kebencian, sindiran. Seorang penulis terkadang mengungkap tabir tentang realitas kehidupan. Namun sudut pandang yang berbeda membuat seseorang yang membaca menjadi momok baginya. Pada hal 3 prinsip menulis kita pegang teguh dalam setiap karya yang diunggah. Kebermanfaatan, kebenaran dan kesahihan.
Menuliskan seperti peyair yang sedang jatuh cinta. Setiap sudut pandang ia bercerita, keluh kesah ia jalani. “Demi seseorang ia cintai”. Mengembara tanpa rentang waktu, mengayomi domba di gurun Sahara.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Semangat
ReplyDeleteTerima kasih Bu Farida. Atas dorongannya.. Salam pengiat Literasi
DeleteMantappp.. Menulislah dengan hati..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Aam atas dorongan dan apresiasinya..semoga tetap semangat menulis. Salam pengiat Literasi
Deletesuper sekali kalimat penutupnya, Menuliskan seperti peyair yang sedang jatuh cinta. Setiap sudut pandang ia bercerita, keluh kesah ia jalani. “Demi seseorang ia cintai”. Mengembara tanpa rentang waktu, mengayomi domba di gurun Sahara.
ReplyDeleteTerima kasih Pak Wijaya, Atas motivasinya memberi semangat . Bagi saya selaku penulis pemula.. Kini ku menemukan dunia baru tanpa batas
Delete