Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

GORESAN HATI SEORANG PENULIS PEMULA

 

GORESAN HATI  SEORANG PENULIS PEMULA

EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos

 



Tulislah seperti pujanga mencari cinta, tulislah seperti  hembusan nafas pungkas “Pak Cahyadi Takariawan dalam perjalanku menggembara menjadi diri sendiri”. Selama beberapa bulan menulis tentu memberikan kepuasan batin yang tak ternilai dengan angka-angka.

Kehidupan tentu tak terlepas dari kebutuhan lahir dan batin. Secara gamblangnya kebutuhan lahir berupa nilai materi, sedangkan kebutuhan batin adalah nilai moral, nilai nurani serta panggilan jiwa yang tak terbatas pada sekat-sekat material.

Bohong rasanya jika saya dan orang lain sekalipun tidak membutuhkan  nilai materi. Karena memang  setiap insan memiliki  tubuh yang perlu diasup dengan kebutuhan materi.     

Begitu pun cerita perjalanan saya sebagai penulis. Meskipun masih pemula tetapi setidaknya memberikan warna bagi kehidupan pribadi maupun bagi sekitar kita. Bercerita tentang realitas kehidupan siswa. Dengan berbagai permasalahan serta sekat sosial serta dorongan untuk memberikan ruang dalam kehidupan nyata. Bahwa disekeliling kita, siswa  memiliki berbagai keterbatasan baik dari segi Ekonomi, masalah keluarga, perjuangan hidup, kesabaran bahkan kisah siswa berkebutuhan khusus (Disabilitas).

Menulis dengan hati memang berbeda dengan sekedar merangkum dalam mengangkat sebuah cerita. Menulis dengan hati membangun jiwa kemanusian, panggilan jiwa, toleransi serta kepekaan yang tinggi. Terlahir dari dalam diri,  “terwujud dalam rasa dan karsa”.

Pujian adalah yang disukai oleh manusia. Tidak ada seorangpun diantara kita tidak suka dengan pujian. Namun, bukan berarti baperan atau gila atas pujian orang lain.

Begitu juga dengan kebencian, sindiran. Seorang penulis terkadang mengungkap tabir  tentang realitas kehidupan. Namun sudut pandang yang berbeda membuat seseorang yang membaca menjadi momok baginya. Pada hal 3 prinsip menulis  kita pegang teguh dalam setiap karya yang diunggah. Kebermanfaatan, kebenaran dan kesahihan.

Menuliskan seperti peyair yang sedang jatuh cinta. Setiap sudut pandang ia bercerita, keluh kesah ia jalani. “Demi seseorang ia cintai”. Mengembara tanpa rentang waktu, mengayomi domba di gurun Sahara.

 

  

Comments

  1. Replies
    1. Terima kasih Bu Farida. Atas dorongannya.. Salam pengiat Literasi

      Delete
  2. Replies
    1. Terima kasih Bu Aam atas dorongan dan apresiasinya..semoga tetap semangat menulis. Salam pengiat Literasi

      Delete
  3. super sekali kalimat penutupnya, Menuliskan seperti peyair yang sedang jatuh cinta. Setiap sudut pandang ia bercerita, keluh kesah ia jalani. “Demi seseorang ia cintai”. Mengembara tanpa rentang waktu, mengayomi domba di gurun Sahara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Pak Wijaya, Atas motivasinya memberi semangat . Bagi saya selaku penulis pemula.. Kini ku menemukan dunia baru tanpa batas

      Delete

Post a Comment

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU