Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
MENULIS DENGAN RASA EMPATI
- Get link
- X
- Other Apps
MENULIS DENGAN RASA EMPATI
OLEH : EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos
Ketika hati gundah seakan-akan dunia selebar daun kelor.
Entah diputuskan pacar, entah berhenti bekerja atau kehilangan mata pencarian.
Memang berat ketika perjalanan hidup tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita.
Hal yang manusiawi jika kita galau atau bersedih meratapi setiap moment yang
terjadi yang tidak sesuai harapan.
Ooohhhhhhhhh... tarik nafas dalam-dalam seakan dunia gelap
gulita tanpa pelita. Jalan takdir tidak
bisa direka atau ditebak. Setiap insan pasti dan pasti, pernah merasakan sebuah
kegagalan atau keterpurukan dalam menjalani rintangan hidup.
Dalam setiap ujian dan cobaan pasti ada hikmak yang
tergantung didalamnya. Memang berat untuk menjalani hari-hari dengan kegusaran,
dengan kerisauan. Secara psikologis manusia memang butuh kedamian, butuh
ketenangan, butuh kemapanan. Namun,
tidak semua perjalanan mulus bak seorang raja disingah sana berpadu kasih
dengan seorang permaisuri.
Sudah hukum alamnya ada
Malam ada siang, ada lelaki ada wanita. Semua berpasang-pasangan sesuai
dengan kodratnya. Alam pun bercerita tentang kesedihannya dengan datangnya
hujan, kemarau pun bercerita dengan
pahitnya kehidupan.
Semua silih berganti sesuai kodrat dan iradatnya, seperti
halnya seorang anak lelaki yang masih remaja ditinggal pergi sang ayah,
memiliki tanggungan sebagai tulang punggung keluarga Ibu, dan dua adiknya yang sedang kecil.
Tarik nafas perlahan kami berdua memasuki rumah dengan
berdinding papan . kira-kira ukuran 5 x 4 M. Dengan beratapkan seng. Saat kami melakukan survey hanya bertemu sang
adik dan anak tetangganya yang masih belajar menulis dan membaca. Ku coba
ambil lembaran kertas dan kutunjuk
dengan perlahan. Dik!, tolong eja atau bacakan surat ini... dengan perlahan
adik perempuan membaca dengan terbata-bata... oke!, Dik mantap. Ku beri
motivasi rajin belajar ya . jika rajin membaca pasti pinter. Dengan
tersenyum dan tertunduk malu. Baik, dik! Karena Ibu tidak di rumah kami pahit
ya sembari kami memberikan beberapa pertanyaan Instrumen Siswa katagori siswa
tidak mampu.
Ku star motorku seraya termenung memikirkan betapa kuatnya
iwan nama samaran menghadapi ujian hidup. Meskipun sebagai yatim. Iwan tetap
sekolah walaupun terkadang telat. Saya juga kadang memakluminya. Karena hanya
memiliki motor satu itupun ia membantu ibunya didapur dan menghantar adiknya
yang masih duduk di SD.
Semoga dari cerita ini kita selalu patut bersyukur bahwa ada
disekitar kita . jauh lebih berat ujian dan cobaan. Namun mereka tetap tegar
dan semangat. Semoga ketika ujian datang dengan tiba-tiba. Semoga Allah
SWT selau meberikan ketabahan dan kesabaran dalam menjalani setiap rintangan dan cobaan ini. Amin Yarobbal
alami.
Comments
Tulisan berbobot kalau menulis dengan empati mah
ReplyDeleteSingkat menarik, mengalir tanpa hambatan, bgtu mudah rasanya untuk merangkai kata, menjadi karya yg dikenang
ReplyDelete