Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
BUDAYA BAYA
- Get link
- X
- Other Apps
BUDAYA
BAYA
EKALAYA
IRPAN PAMUJI,S.Sos
Dalam adat istiadat setiap Daerah memiliki ciri
khas masing-masing. Demi keberlangsungan budaya dari ke generasi satu ke
generasi selanjutnya. Tak ubahnya
seperti teori siklus dalam
Perubahan sosial. Berputar dan melinggar dan bergantian dalam menjaga dan
melestarikan budaya. Contohnya ‘Budaya
Baya Bujang atau Gadis”. Khususnya
di wilayah Krui Pesisir Barat Lampung.
Mungkin masih bertanya-tanya. Apa yang dimaksud
dengan ‘Budaya Baya Bujang atau Gadis”.
Menurut pengalaman pribadi budaya Baya Bujang atau Gadis adalah sekelompok
muda-mudi berkumpul disuatu lingkungan, tempat tertentu, untuk membantu nyedu kupi, tatingkuan (mempersiapkan hidangan), ngekos (Membereskan hidangan ),ngecah pinggan (cuci piring) baik
acara pernikahan maupun kematian.
Seiring perkembangan zaman dan semakin kompleks
masyarakat. Maka budaya Baya Bujang
atau Gadis. Semakin hari semakin digerus oleh berbagai distorsi (pengaruh) dari
budaya luar. Mengapa budaya Baya perlu dilestarikan ?, jika kita merujuk pada Budaya Lampung. Ada berapa Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub
dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:
- Piil-Pesenggiri (malu melakukan pekerjaan
hina menurut agama serta memiliki harga diri)
- Juluk-Adok (mempunyai kepribadian
sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
- Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk
bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
- Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan
bermasyarakat dan tidak individualistis)
- Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling
membantu dengan anggota masyarakat lainny
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Lampung
Jika kita merujuk pada tampilan gambar diatas
serta Falsafah Ulun Lampung pada point 4 Nengah
Nyampur (Aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
serta pada point 5 Sakai Sambaian (
gotong royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Hal yang sangat wajar jika baik bujang gadis
maupun Bapak dan Ibu saling bahu membahu, tolong menolong serta bergaul. Karena
memang masyarakat Lampung sejak dahulu secara turun temurun saling tolong
menolong antara Individu,antar kelompok masyarakat. Maupun mudah dalam bergaul
atau berinteraksi.
Sangat wajar jika masyarakat Lampung secara
Keseluruhan memang suka bergaul dan saling tolong menolong baik dengan
masyarakat pribumi maupun masyarakat pendatang. Sesuai dengan
semboyan Provinsi Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai.
Dengan adanya Falsafah
hidup Ulung Lampung diharapkan segala tindak tanduk baik secara individu maupun
masyarakat Lampung pada Umumnya memahami dan menjalani Falsafah yang dimaksud dalam
kehidupan sehari-hari. tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan kemaslahatan
khususnya bagi masyarakat Lampung itu
sendiri.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
wah, hebat budaya di lampung pak, di tempat saya di Rembang Jawa Tengah budaya baya itu sana dengan budata gugur gunung atau gotong royong
ReplyDeletekaya akan kearifan lokal. dengan nuansa saling tolong menolong dalam setiap moment. baik pernikahan maupun hal duka.
Deleteterima kasih, mba eka, sy jadi tahu ini semboyan provinsi lampung, bu, :)
ReplyDeletesama-sama Bu, Agar masyarakat luas mengetahui Budaya Lampung Kental dengan nilai-nilai gotong royong dan saling asa,asih dan asuh
Delete