Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

SETIAP KOMUNIKASI ADA PESAN YANG DISAMPAIKAN

 

SETIAP KOMUNIKASI ADA PESAN YANG DISAMPAIKAN

OLEH : EKALAYA IPRAN PAMUJI,S.Sos

Sumber : Scout.Id

 

Dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak terlepas dari pola interaksi yaitu  hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain atau antara individu dengan kelompok masyarakat. Karena kita sebagai Mahluk Sosial. Tentu menjadi sunnatullah bila setiap individu selalu bermasyarakat, bersosialiasi, membantu satu dengan yang lainnya.  

Dalam setiap hubungan timbal balik terkadang individu maupun kelompok masyakarat tidak jarang menemukan hambatan dalam berinteraksi. Apakah berbentuk mis komunikasi, salah respon, gagal paham, sikap egois dalam berinteraksi, atau selalu mengidentifikasi diri.

Secara umum ada dua syarat dalam pola interaksi sosial, yaitu:

  1. Kontak sosial yaitu, berupa bertatap muka secara langsung dan tidak langsung melalui komunikasi melalui media HP, Smartphone atau Gadget
  2. Komunikasi yaitu peyampaian pesan

Dari dua syarat tersebut tentu kita sebagai individu maupun kelompok masyarakat.  Ketika dalam berinteraksi idealnya dalam hubungan sosial bisa berinteraksi secara damai serta mudah dipahami baik oleh teman sejawat, teman sepergaulan maupun masyarakat luas. Sehingga setiap individu dalam berinteraksi tentu mengerti maksud dan tujuan apa yang disampaikan ketika dalam bersosialisasi.

Jadi berinteraksi bukan hanya sekedar bersosialisasi. Namun makna berinteraksi akan ideal jika meyampaikan komunikasi. Karena setiap individu berinteraksi tentu ada pesan yang disampaikan. Apakan pesan moral, pesan Edukasi, pesan Karakter, baik berbentuk cerita, guyonan, dogeng.

Lalu, mungkin para pembaca bertanya. “Memang setiap interaksi berhubungan dengan sosialiasi!”, jawabanya, ya tergantung pola interaksi yang dibina oleh induvidu itu sendiri. Karena syarat Interaksi harus ada kontak sosial dan komunikasi. Nah!, jika berintraksi tidak ada komunikasi berarti, ‘hampar’.

Begitu pun juga kehidupan. sikap, prilaku  manusia. Ada yang humoris, ada yang pendiam, ada yang seperlunya bicara, ada yang mudah tersinggung, ada pula yang cuek. Semua itu tersaji  dalam lingkaran  kehidupan masyarakat. Yang notabenya masyarakat Tradisional yang mengedepankan prilaku gotong royong yang tinggi, simpati dan empati. Yang terkadang bisa berlebihan dalam pola komunikasi.

Sesuai kata Ustad KH. Zainudin MZ : ”Jika menitip uang pasti berkurang. Namun jika menitip omongan bisa bertambah”,  Mengapa hal itu terjadi?, Karena Masyarakat Tradisional masih mengedepankan rasa simpati dan empati yang tinggi. Meskipun dalam tanda kutip. Artinya simpati yang berlebihan juga terkadang menjadi dilema dalam bermasyarakat. Alias mau tahu urusan orang? Bisa juga menjadi alat control masyarakat, tergantung dari kacamata sosial.    

Sah-sah saja dalam bergaul. Pasti ada satu atau dua individu  mengomentari prilaku individu lain. Yang terkadang di katagorikan penyimpangan primer ( Penyimpangan yang sifatnya sementara dan masih ditoleransi) , misalnya Si A jarang ronda, Si B jarang bergaul,  Si C terlalu sombong.

 Seperti itulah realitas dalam bermasyarakat. Semua tersaji dalam cerita non fiksi yang diangkat dari kejadian-kejadian yang dialami masyarakat. Tidak bermaksud menghakimi. Karena kita mahluk sosial yang selalu berinteraksi. Mengedepankan nilai dan norma agar kelak menjadi lebih dewasa.

 

 

 

Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU