Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
SETIAP KOMUNIKASI ADA PESAN YANG DISAMPAIKAN
- Get link
- X
- Other Apps
SETIAP KOMUNIKASI
ADA PESAN YANG DISAMPAIKAN
OLEH : EKALAYA
IPRAN PAMUJI,S.Sos
Dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia tidak terlepas dari pola interaksi yaitu hubungan timbal balik antara individu satu
dengan individu lain atau antara individu dengan kelompok masyarakat. Karena kita
sebagai Mahluk Sosial. Tentu menjadi sunnatullah bila setiap individu selalu
bermasyarakat, bersosialiasi, membantu satu dengan yang lainnya.
Dalam setiap
hubungan timbal balik terkadang individu maupun kelompok masyakarat tidak
jarang menemukan hambatan dalam berinteraksi. Apakah berbentuk mis komunikasi,
salah respon, gagal paham, sikap egois dalam berinteraksi, atau selalu
mengidentifikasi diri.
Secara umum
ada dua syarat dalam pola interaksi sosial, yaitu:
- Kontak
sosial yaitu, berupa bertatap muka secara langsung dan tidak langsung
melalui komunikasi melalui media HP, Smartphone atau Gadget
- Komunikasi
yaitu peyampaian pesan
Dari dua
syarat tersebut tentu kita sebagai individu maupun kelompok masyarakat. Ketika dalam berinteraksi idealnya dalam
hubungan sosial bisa berinteraksi secara damai serta mudah dipahami baik oleh
teman sejawat, teman sepergaulan maupun masyarakat luas. Sehingga setiap
individu dalam berinteraksi tentu mengerti maksud dan tujuan apa yang
disampaikan ketika dalam bersosialisasi.
Jadi berinteraksi
bukan hanya sekedar bersosialisasi. Namun makna berinteraksi akan ideal jika
meyampaikan komunikasi. Karena setiap individu berinteraksi tentu ada pesan
yang disampaikan. Apakan pesan moral, pesan Edukasi, pesan Karakter, baik
berbentuk cerita, guyonan, dogeng.
Lalu,
mungkin para pembaca bertanya. “Memang setiap interaksi berhubungan dengan
sosialiasi!”, jawabanya, ya tergantung pola interaksi yang dibina oleh induvidu itu sendiri. Karena syarat Interaksi harus ada kontak sosial dan komunikasi. Nah!,
jika berintraksi tidak ada komunikasi berarti, ‘hampar’.
Begitu pun
juga kehidupan. sikap, prilaku manusia. Ada
yang humoris, ada yang pendiam, ada yang seperlunya bicara, ada yang mudah
tersinggung, ada pula yang cuek. Semua itu tersaji dalam lingkaran kehidupan masyarakat. Yang notabenya masyarakat
Tradisional yang mengedepankan prilaku gotong royong yang tinggi, simpati dan
empati. Yang terkadang bisa berlebihan dalam pola komunikasi.
Sesuai kata
Ustad KH. Zainudin MZ : ”Jika menitip uang pasti berkurang. Namun jika menitip
omongan bisa bertambah”, Mengapa hal itu
terjadi?, Karena Masyarakat Tradisional masih mengedepankan rasa simpati dan
empati yang tinggi. Meskipun dalam tanda kutip. Artinya simpati yang berlebihan
juga terkadang menjadi dilema dalam bermasyarakat. Alias mau tahu urusan orang?
Bisa juga menjadi alat control masyarakat, tergantung dari kacamata sosial.
Sah-sah
saja dalam bergaul. Pasti ada satu atau dua individu mengomentari prilaku individu
lain. Yang terkadang di katagorikan penyimpangan primer ( Penyimpangan yang
sifatnya sementara dan masih ditoleransi) , misalnya Si A jarang ronda, Si B
jarang bergaul, Si C terlalu sombong.
Seperti itulah realitas dalam bermasyarakat. Semua
tersaji dalam cerita non fiksi yang diangkat dari kejadian-kejadian yang
dialami masyarakat. Tidak bermaksud menghakimi. Karena kita mahluk sosial yang
selalu berinteraksi. Mengedepankan nilai dan norma agar kelak menjadi lebih
dewasa.
Comments
Post a Comment