Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

Rindu

 

Rindu

Oleh : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos

Kutimang – timang anakku sayang. Sepengkal lagu  yang menina bobokan sibuah hatiku. Mendengarkan suaramu nak, aku rindu! mulai rindu yang senantiasa tidak terobati. Seperti seorang musafir berjalan dipadang tandus dan kering di sengat panasnya matahari. Jika aku menatapmu nak, tak kuasa air mataku berlinang. Membasahi wajahku yang sudah mulai nampak menua.

Ku lihat jejak langkahmu mulai merangka, mulai belajar berbicara, kini sudah tumbuh dewasa. Suaramu  yang sahdu menambah kerinduan akan cinta dan kasih sayangmu. Semoga suatu saat nanti engkau membaca  cerita hati ini. Cerita seorang ayah berjuang demi keluarga dan sanak familinya.

10 Tahun berlalu dalam perjuangan mengadu asa, berpisah untuk sementara demi anak negeri tercinta. Kala itu perjalanan jauh ku tempuh berjarak  +145 Km. Kala itu kamu dan kakakmu masih kecil . usiamu masih 1 Tahun dan kakakmu 1,8 Tahun. Waktu itu idealnya sosok ayah selalu dipangkuan, selalu mengajari, selalu membimbing.  Namun, waktu yang berbicara. Terkadang 1 minggu bertemu, terkadang 2 minggu baru bertemu. Bahkan 1 bulan berlalu.

Ketika  kerinduanku hadir dengan tiba-tiba. Aku selalu mengadu akan syair dan nada dalam setiap doa. Semoga kelak engkau tumbuh dewasa menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat maupun Negara. Rindu yang tak terbatas pada sekat waktu, rindu yang tak terbatas jarak dan usia. Ia selalu melekat dalam sanubari, melekat dalam tindakan.

Kerinduan ku padamu nak!. Ku untai dalam sajak, ku panjatkan dalam doa, ku relakan dalam setiap perjuangan demi masadepan. Ayahmu  memang  tidak melahirkanmu. Tidak pula setia mendampingmu dalam tidurmu, tidak setia dalam cerita dongeng kesukaanmu. Namun, ayah mu berjuang tanpa lelah agar engkau bisa  tersenyum lepas.

 Berjuang, itu adalah kata yang  pantas bagi ayahmu,  berjuang adalah bagian ikhtiar dan berusaha. Tiada kesuksesan tanpa pengorbanan. Pengorbanan rasa rindu yang tak tertahankan, pengorbanan tarikan gas roda dua saat-saat diperjalanan antara  Krui dan Muaradua. Sepengkal kisah dalam pengabdian untuk mencapai asa dinegeri orang.

Abdi Negara adalah janjiku, pengabdian adalah sumpahku, kesetian pada bangsa dan negara adalah jiwa yang senantiasa terpatri dalam raga. Kisah itu kini sebagai catatan hidup. Kini kita bisa bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. Kini sudah kembali kekampung halaman, Tepatnya lima tahun yang lalu Tahun 2015.

Hujan dan badai itu adalah keadaan alam. Kehujanan adalah hal biasa dalam perjalanan. Rasa nyantuk dan lelah adalah irama dalam kesahduan perjuangan. Berhenti dan sejenak istirahat untuk melepas lelah itu adalah melodi dalam perjalanan. Setiap gubuk sudah disinggahi apalagi sekedar tidur-tiduran atau rebahan.

Jalan berliku dan berkeluk menambah cerita lika liku dalam sebuah perjalanan. Iya, jalan Liwa Krui namanya menikung dan berbelok ada kisaran belasan  kelokan kanan dan kiri. Jika belum terbiasa bersiap-siaplah mengeluarkan sesuatu. Off, maaf bukan maksud tidak sopan!. Namun, itulah realitasnya.

 Guyuran hujan menambah dinginnya perjalanannya, longsor itu adalah nada pales dalam perjalanan. Apalagi pohon tumbang bagaikan nada gitar yang berloncat not balok ke not balok yang lainnya.

 Masa sulit itu sudah berlalu. Kuabadikan dalam tulisan agar kelak. Kalian rindu nak. Rindu akan sebuah perjuangan. Rindu akan sebuah pengorbanan, rindu akan sosok seseorang, rindu akan rasa syukur, rindu akan perjalanan, rindu akan tali persahabatan. Terangkum dalam diare catatan kehidupan. Sisa-sisa perjalanan Krui  -Muaradua- Kotabatu.

Kotabatu, 2010 sd 2015

 

 

 

 

Comments

Post a Comment

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU