Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

Pakaiannya tidak berbalut seragam, namun jiwanya adalah Pahlawan

Oleh: Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos

Suara berkokok ayam dikala sang surya menyinari pagi. Embun-embun pagi mulai nambak sirna dengan teriknya matahari pagi menyuarakan akan kerinduan senyuman. Senyum akan datangnya sinar. Menyuarakan akan makna pagi roda-roda kehidupan akan nampak.  Para nelayan bergegas bersuka cita penuh harapan suara gelombang serta demburan ombak memberikan isyarat bahwa. “Carilah rezeki mu di bentangan Samudera sejauh  mata memandang” .

Kicauan burung kercici memberikan isyarat akan tanda kehidupan. Wahai anak Adam cari rezekimu penuh dengan semangat. “Diriku kecil bersayap  dan ditunggu anak-anakku yang hendak makan dipagi ini”.

“Isyarat mentari adalah sinar kehidupan. Begitupun ia adalah sosok raja dalam keluarga. Keluar rumah belum sempat mentari meyinari. Apalagi sarapan pagi. Ia adalah sosok yang berwibawa . Tarikan gas, sesetel jaket untuk menyelimuti dinginnya pagi serta helm untuk pelindung kepala.

Hari-hari ia pergi untuk mencari rezeki. Jarak tempuh yang ia lewati entak sudah berapa Kilo meter?. Jalan terjal kerikil, bebatuan, pegunungan, pinggiran sungai bahkan jalan setepakpun ia lalui. Sesekali ia menghela nafas. Kala itu menghantarkan seseorang ke wilayah Bengkulu. Awalnya perjalanan tidak jauh dan jalanan baik. Pungkasnya dalam kenangan kisah perjuangan!”.

Setelah dipersimpangan jalan dengan bekal nekat serta percaya. Berjalan setapak dengan suasana hujan deras serta tanah liat yang begitu lengket membuat sulit akan jalanya roda dua. Terkadang jatuh, lalu bangkit lagi terpaksa  didorong  agar tidak jatuh. Suasa hati sudah gelisa apalagi ditengah hutan belantara. 

Sesampai ditempat yang dituju, penumpangku pun mengeluarkan beberapa lembar rupiah. Bertanda jasapun sudah terbayar. Terima kasih ya mas!. Sudah menghantarkan saya jauh-jauh. Wajahkupun sudah merah bertanda marah. Namun, ‘dalam benakku cukup hanya ini pengalaman pil pahitku kutelan’. Ku jawab dengan spontan “ia mas, sama-sama. Pungkasku kepada penumpaku”.

Susana hari sudah mulai nampak gelap. Ku gas tarikan motorku lalu berjalan dengan santainya. Bertanda energiku sudah nampak lelah. Akibat naik turun gunung yang tidak pernah kulewati perjalanan sebelumnya. Pungkas ku dalam cerita antara Paman dan Keponakan dalam sela-sela berbagi pengalaman pahit kehidupan.”

Kini ayahku, tetap tegar mengais rezeki untuk menghidupi keluarga  serta berpacu demi masa depan anaknya. Yang tertua sudah selesai menempuh gelar Kesarjanaan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Lampung.

Kini, ditambah lagi  adikku yang masih kuliah. Tanggung jawab yang ayah pikul semakin berat. Usia tidak muda lagi. Apalagi ia sering mengalami pembengkangan sendi. Menangis hatiku melihat berjuangan ayah demi masadepan anak-anaknya.

Tugasku adalah berjuang sama halnya dengan sosok ayahku tegar bagaikan batu karang di lautan. Tak nampak mengeluh dan berkeluh kesah. Ayah..sambil ku menangis dalam doaku dalam kesunyian malam. Demi anakmu engkau rela pulang malam. Entah sudah berapa ribuan kilo meter yang engkau lalui..dinginnya angin, panasnya terik matahari, cucuran keringat engkau tidak hiraukan demi anak-anakmu yang engkau cintai.

 Ayah engkau adalah pelita dalam keluarga, sosok yang tegar dan bersahaja. Kupersembahkan bait-bait cinta dalam suara hati puisi pengugah  jiwa :

 


 

 Diangkat melalui realitas kehidupan. Nilai-nilai perjuangan sang Ayah  yang tanpa lelah demi cita-cita anaknya, hidup sejahtera dan bahagia bersama. 

Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU