Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

MERAJUT ASA DI TENGAH PANDEMI

MERAJUT ASA DI TENGAH PANDEMI

OLEH : EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos

Seiring perkembangan zaman Modernisasi dan Globaliasi . tak asing lagi ditelinga kita, baik kalangan masyarakat awan, sampai kaum Intlektual . Modernisasi berkaitan erat dengan tehnologi dan informasi. Sedangkan Globaliasi berkaitan erat dengan tanpa batas wilayah, tanpa sekat Terotial serta waktu.

Masih ingat di benak kita di era 90 an. Untuk pergi ke satu wilayah ke wilayah lain membutuhkan waktu berjam-jam, berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Contoh kecilnya,  ketika seorang ayah mau menjenguk anaknya di luar kota, misalnya dari Padang ke Jakarta.

Berapa hari waktu yang dibutuhkan?, tidak cukup 1 atau 2 hari perjalanan. Kini dengan kemajuan zaman cukup naik pesawat terbang, “lalu klik digadget anda!”, untuk sekedar mencari perbandingan harga, atau langsung divoting saja.

Ya itu lah kemajuan zaman segala urusan serba cepat dan instan. Jika rindu menghujani  tinggal vidoe call menghampiri, langsung terlihat jelas wajah cantik mempesona atau wajah ganteng menerpa. Layaknya seorang sedang dipanah asmara.

Tehnologi mengisahkan peradaban manusia yang sebelumnya dunia maya kini  menjadi nyata.namun dibalik itu semua. Banyak hal-hal menjadi “Dinamika Sosial”.  Mengapa itu bisa terjadi?, tentu adanya pergeseran nilai, perubahan cara pandang, sehingga menuntut manusia selalu beradaptasi dari lingkaran Modernisasi dan Globalisasi.

Tak pelak banyak ragam cerita yang dialami. Di masa Pandemi ini. Dunia pendidikan sedang di uji baik sekala Nasional maupun sekala local. Ada perubahan tatanan nilai sosial, interaksi sosial. sehingga melahirkah perubahan sosial dan merangkak  menjadi sebuah Dinamika sosial.

Setiap Dinamika Sosial akan mengisahkan perubahan sosial. namun, tergantung bagaimana manusia merespon itu semua. Baik dengan cepat maupun lambat. Tergantung mindset individu atau masyarakat  itu sendiri.

Sama halnya dengan dimasa pandemi Covid-19.  Begitu juga dengan dunia pendidikan. Guru, siswa dan orangtua. harus mampu memainkan perannya dalam situasi yang penuh tantangan dan ujian ini. Kini kita sudah masuk kealam Era Digitalisasi. Sadar maupun tidaknya, mau atau tidaknya. Keadaan ini harus kita pahami dan perlu adaptasi.

Coba tengok berbagai poster lomba Literasi, pelatihan kursus online,Webinar online. Pelatihan dan peningkatan life skil dalam berwirausaha. Semua tersaji di Gadget anda!, Berbagai promosi dan sosialisasi tumpah ruah. Bagaikan jamur semerba dimusim penghujan. Baik berupa, media  di Instagram, Facebook.

Hal itu mengindikasikan ada pergeseran budaya dan interaksi sosial di masa Pandemi . Yang awalnya Guru dan siswa tatap muka secara langsung. Kini  tatap muka secara tidak langsung. Yang pada akhirnya dunia virtual menjadi salah satu alternatif berinteraksi.

 Lalu bagaimana sikap, Guru, Siswa dan orangtua menyikapi Dinamika sosial dalam situasi seperti ini. Beberapa alternatif yang perlu dibina dalam meningkatkan intensitas berintraksi,yaitu:

  1. Membuat wadah Komunikasi , baik berupa Forum Komunikasi antara guru, siswa dan orangtua. agar menjembatani  segala keluh kesah dan persoalan yang dihadapi.
  2. Adanya pengawasan berkala dari instansi terkait.  dengan  pendekatan  Adaptif, Akomodatif dan kolaboratif. Sehingga ada titik temu setiap permasalahan yang dihadapi oleh guru, siswa dan para orangtua.
  3. Kunci dalam proses Daring (Dalam jaringan) adalah  kepedulian.  karena dimasa Pandemi Covid-19. Peran orangtua lebih Dominan. Karena Peserta Didik posisinya kini kembali pada orangtua. atau istilah lainnya kembali ke hitungan Nol, ya!.
  4. Perlunya mengikuti  peningkatan skill  dikalangan pendidik. Baik berupa pelatihan virtual, Webinar, bergabung dengan berbagai Komunitas yang membangun Pengembangan diri. Contohnya Organisasi Keprofesian,  IGI, PGRI, dsbnya.
  5. Don’t worry be happy! .  Jangan khawatir dan bahagia. Bukan maksud mentertawakan keadaan. Namun, peran Guru sebagai garda terdepan dalam  menghadapi situasi. Tetap enjoy dan bahagia menjalankan tugas. Dengan metode rileksasi setelah Mengajar Daring.  Atau dengan metode Hipnoterafi.  Setiap keadaan berbeda karakter peserta didik, berbeda masalah. Tentu berbeda pula cara penanganan dalam berinteraksi, antara guru,  siswa dan orangtua.  

 

 

  

Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU