Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
MERAJUT ASA DI TENGAH PANDEMI
- Get link
- X
- Other Apps
MERAJUT ASA DI TENGAH PANDEMI
OLEH : EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos
Seiring
perkembangan zaman Modernisasi dan Globaliasi . tak asing lagi ditelinga kita,
baik kalangan masyarakat awan, sampai kaum Intlektual . Modernisasi berkaitan
erat dengan tehnologi dan informasi. Sedangkan Globaliasi berkaitan erat dengan
tanpa batas wilayah, tanpa sekat Terotial serta waktu.
Masih
ingat di benak kita di era 90 an. Untuk pergi ke satu wilayah ke wilayah lain
membutuhkan waktu berjam-jam, berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Contoh
kecilnya, ketika seorang ayah mau
menjenguk anaknya di luar kota, misalnya dari Padang ke Jakarta.
Berapa
hari waktu yang dibutuhkan?, tidak cukup 1 atau 2 hari perjalanan. Kini dengan kemajuan
zaman cukup naik pesawat terbang, “lalu klik digadget anda!”, untuk sekedar
mencari perbandingan harga, atau langsung divoting saja.
Ya itu
lah kemajuan zaman segala urusan serba cepat dan instan. Jika rindu menghujani tinggal vidoe call menghampiri, langsung
terlihat jelas wajah cantik mempesona atau wajah ganteng menerpa. Layaknya seorang
sedang dipanah asmara.
Tehnologi
mengisahkan peradaban manusia yang sebelumnya dunia maya kini menjadi nyata.namun dibalik itu semua. Banyak hal-hal
menjadi “Dinamika Sosial”. Mengapa itu bisa
terjadi?, tentu adanya pergeseran nilai, perubahan cara pandang, sehingga
menuntut manusia selalu beradaptasi dari lingkaran Modernisasi dan Globalisasi.
Tak pelak
banyak ragam cerita yang dialami. Di masa Pandemi ini. Dunia pendidikan sedang
di uji baik sekala Nasional maupun sekala local. Ada perubahan tatanan nilai
sosial, interaksi sosial. sehingga melahirkah perubahan sosial dan merangkak menjadi sebuah Dinamika sosial.
Setiap Dinamika
Sosial akan mengisahkan perubahan sosial. namun, tergantung bagaimana manusia
merespon itu semua. Baik dengan cepat maupun lambat. Tergantung mindset individu
atau masyarakat itu sendiri.
Sama halnya
dengan dimasa pandemi Covid-19. Begitu juga
dengan dunia pendidikan. Guru, siswa dan orangtua. harus mampu memainkan
perannya dalam situasi yang penuh tantangan dan ujian ini. Kini kita sudah
masuk kealam Era Digitalisasi. Sadar maupun tidaknya, mau atau tidaknya. Keadaan
ini harus kita pahami dan perlu adaptasi.
Coba
tengok berbagai poster lomba Literasi, pelatihan kursus online,Webinar online. Pelatihan
dan peningkatan life skil dalam berwirausaha. Semua tersaji di Gadget anda!, Berbagai
promosi dan sosialisasi tumpah ruah. Bagaikan jamur semerba dimusim penghujan. Baik
berupa, media di Instagram, Facebook.
Hal itu
mengindikasikan ada pergeseran budaya dan interaksi sosial di masa Pandemi . Yang
awalnya Guru dan siswa tatap muka secara langsung. Kini tatap muka secara tidak langsung. Yang pada
akhirnya dunia virtual menjadi salah satu alternatif berinteraksi.
Lalu bagaimana sikap, Guru, Siswa dan orangtua
menyikapi Dinamika sosial dalam situasi seperti ini. Beberapa alternatif yang
perlu dibina dalam meningkatkan intensitas berintraksi,yaitu:
- Membuat
wadah Komunikasi , baik berupa Forum Komunikasi antara guru, siswa dan
orangtua. agar menjembatani segala
keluh kesah dan persoalan yang dihadapi.
- Adanya
pengawasan berkala dari instansi terkait. dengan pendekatan Adaptif, Akomodatif dan kolaboratif. Sehingga
ada titik temu setiap permasalahan yang dihadapi oleh guru, siswa dan para
orangtua.
- Kunci
dalam proses Daring (Dalam jaringan) adalah kepedulian. karena dimasa Pandemi Covid-19. Peran orangtua
lebih Dominan. Karena Peserta Didik posisinya kini kembali pada orangtua.
atau istilah lainnya kembali ke hitungan Nol, ya!.
- Perlunya
mengikuti peningkatan skill dikalangan pendidik. Baik berupa pelatihan
virtual, Webinar, bergabung dengan berbagai Komunitas yang membangun
Pengembangan diri. Contohnya Organisasi Keprofesian, IGI, PGRI, dsbnya.
- Don’t worry be happy! . Jangan khawatir dan bahagia. Bukan maksud
mentertawakan keadaan. Namun, peran Guru sebagai garda terdepan dalam menghadapi situasi. Tetap enjoy dan
bahagia menjalankan tugas. Dengan metode rileksasi setelah Mengajar
Daring. Atau dengan metode
Hipnoterafi. Setiap keadaan berbeda
karakter peserta didik, berbeda masalah. Tentu berbeda pula cara
penanganan dalam berinteraksi, antara guru, siswa dan orangtua.
Comments
Post a Comment