Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

DIBAWAH TIANG BENDERA

                                                         DIBAWAH TIANG BENDERA

Oleh : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos

 

 

 

Hari itu adalah hari bersejarah bagi saya. Sebut saja namanya Ridwan nama samaran.  Ridwan berasal dari keluarga tidak mampu. Aktivitas sehari-hari membantu orangtua ke sawah atau ke kebun .  Maklum, anak seorang petani. Kerja keras adalah prinsip dalam hidupku. Membersihkan rumput serta menanam padi adalah kebiasaanku. Apalagi berjemur diterik panasnya matahari itu hal yang biasa. Dikala hujan tiba ya kehujanan.

     Selain membantu orangtua ke sawah. Ridwan juga seorang pelajar di salah satu SMA Negeri. Selain belajar, Ridwan juga aktif di kegiatan Ektrakulikuler yaitu Paskibraka. Kenapa ku pilih Paskibraka?, tentu jawabannya adalah karena Paskibraka adalah pasukan Pengibar Bendera Pusaka yaitu simbol Lambang negara yaitu Sang saka Merah putih. Hal itu merupakan kebanggan bagi setiap pelajar.    

 Dari  6 calon peserta Paskibraka di tingkat sekolah hanya 2 yang akan tampil di tingkat Kabupaten. Hal itu merupakan tantangan tersendiri bagi saya pribadi. Kenapa tidak!, bukan hanya bermodal mental dan keberanian. Namun, banyak catatan penting yang harus dilalui. Mulai mengukur tinggi badan, cek kesehatan tekan darah, cek gigi, telinga, serta postur tubuh ideal antara tinggi badan dan berat badan.

 Singkat cerita, saya dipangil oleh Pembina Paskibraka. Namanya adalah Ibu Sinta. Beliau orangnya aga rewel, tegas namun penuh perhatian. Beliaulah yang selalu mendorong dan memberikan arahan . Ada moment dimana?, saat itu  ibu sinta memberikan motivasi, kamu diterima dan berhak mewakili sekolah untuk tampil di tingkat Kabupaten. Dengan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Ibu Sinta. Berkat celotehan dan bimbingan beliau kini ku ukir dalam tindakan.

 Selang beberapa hari kemudian, saya  di panggil oleh ibu Sinta,   gara-gara saya sulit dihubungi. Ya!, maklum waktu itu saya membantu ayah memetik kopi dikebun. Yang jauh dari rumah serta wilayah yang terisolir dari keramaian. Jalan cerita, kami berdua berdiskusi :   

Ibu Sinta              : ‘Ridwan, dalam mengapai anak tangga tentu butuh langkah ?

Ridwan                 : ‘Langkah, ‘apa bu Sinta!”

Ibu Sinta              : Langkah dalam menjalani hidup itu  seperti anak tangga!

Ridwan                  Maksudnya bu!, engak mudeng saya bu. Cetus ridwan

Ibu Sinta              : Hidup itu harus ada langkah!, langkah niat yang tinggi, langkah disiplin diri, langkah berfikir    masa depan, langkah  merubah sikap untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Ibu tahu bahwasanya kamu dari keluarga Broken Home. Namun, Wan jangan pernah menyerah dalam mengapai cita-cita. Hari ini kamu aga tanpa lelah dan aga sulit dihubingi. Apalagi posisi sekarang adalah masa panggilan Karantina Paskibrakan Tahun 2020 Tingkat Kabupaten untuk 3 hari  yang akan datang, Ridwan!.

Ridwan                 : “maaf, bu Sinta!”, 3 hari yang lalu saya membantu Ayah di kebun untuk panen kopi. Maklum bu jauh. Untuk memasuki kebun harus menunggu air laut surut . jika air laut pasang terpaksa harus menginap untuk beberapa hari. Baru dilanjutkan kearah tujuan. Pungkas Ridwan kepada Ibu Sinta.

Ibu Sinta              : Ibu prihatin sedih mendengar kisah dan perjuanganmu, Ridwan!. Namun moment ini adalah moment yang pas untuk meraih masa depan, Ridwan. Dimana 3 hari  kedepan kamu akan dibina dan dilatih untuk rangkaian Kegiatan Karantina Paskibraka Tingkat Kabupaten. Hal itu merupakan sejarah baru bagi kamu dan keluarga, Ridwan!.

3 minggu berjalan. Ada moment dimana suasana yang ditunggu-tunggu datang. Yaitu Pengukuhan Paskibrakan tingkat Kabupaten  digelar. Tepatnya HUT RI ke-75.  Setiap perwakilan dari wali murid sudah pada datang jelang pengukuhan. Didampingi Ibu Sinta mewakili sebagai orangtua wali.

Dengan alasan orantuanya mencari nafkah dan rezeki  daya tempuh lumayan jauh. Terpaksan Ibu Sinta sebagai Pembina Paskibraka mendampingi ridwan seorang diri. Sampai-sampai berlinangan air mata. Bahwasnya hidup adalah perjuangan.  

Sambil diiringi lagu gugur bunga mengema, dan setiap Peserta Pengukuhan  mencium Sang saka Merah Putih sebagai penghormatan akan jasa para Pahlawan. Tanpa sadar seluruh Peserta Pengukuhan Paskibraka meneteskan air mata. Pengemblengan selama 3 minggu.

 Mulai dari proses pengrekrutan, tempaan pisik maupun mental. Panas terik matahari mendesir sampai ketulang. Haus serta dahaga menjadi sebuah nyayian serta  dawai dalam gerak langkah kaki menderap. Kucuran keringat bagaikan gerimis hujan yang membasahi wajah dan pakaian.

Namun, dihari penuh haru serta catatan bersejarah dalam hidupku tiada pernah terlupakan. Moment ini menjadikan momentum bagi diri secara pribadi. Memberikan warna tersendiri bagi pengalaman diri. Meskipun demikian ada nilai terkandung dalam masa Karantina Paskibraka selama 3 minggu. Maklum masih dalam suasana Corrona.  

Dimana ada nilai yang terkandung didalamnya, yaitu:

1.       Menjadi seorang Pemimpin

2.       Kedisiplin

3.       Gotong Royong

4.       Pantang menyerah

Nilai-nilai dan pesan moral dalam masa Karantina untuk menjadi seorang Paskibraka. Adalah sebuah cerita dan pengalaman ku untuk selalu kukenang sepanjang hayat.  Dimana banyak perubahan sikap, tingkah laku, cara pandang. Agar nantinya kedepan menjadi pribadi yang disiplin serta bertanggungjawab. Dan tak lupa rasa cinta tanah air telah melekat dalam sanubariku. Pungkas, Ridwan’.

DIRGAHAYU RI YANG KE- 75.

INDONESIA KUAT

 

Penulis : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos

 # Catatan kesiswaan #

Biha, 21 Agustus 2020.  






























































































Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU