Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
DIBAWAH TIANG BENDERA
- Get link
- X
- Other Apps
DIBAWAH TIANG BENDERA
Oleh : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos
Hari itu adalah hari bersejarah bagi saya. Sebut saja namanya Ridwan nama samaran. Ridwan berasal dari keluarga tidak mampu. Aktivitas sehari-hari membantu orangtua ke sawah atau ke kebun . Maklum, anak seorang petani. Kerja keras adalah prinsip dalam hidupku. Membersihkan rumput serta menanam padi adalah kebiasaanku. Apalagi berjemur diterik panasnya matahari itu hal yang biasa. Dikala hujan tiba ya kehujanan.
Ibu Sinta : ‘Ridwan, dalam mengapai anak tangga tentu butuh langkah ?
Ridwan : ‘Langkah, ‘apa bu Sinta!”
Ibu Sinta : Langkah dalam menjalani hidup itu seperti anak tangga!
Ridwan Maksudnya bu!, engak mudeng saya bu. Cetus ridwan
Ibu Sinta : Hidup itu harus ada langkah!, langkah niat yang tinggi, langkah disiplin diri, langkah berfikir masa depan, langkah merubah sikap untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Ibu tahu bahwasanya kamu dari keluarga Broken Home. Namun, Wan jangan pernah menyerah dalam mengapai cita-cita. Hari ini kamu aga tanpa lelah dan aga sulit dihubingi. Apalagi posisi sekarang adalah masa panggilan Karantina Paskibrakan Tahun 2020 Tingkat Kabupaten untuk 3 hari yang akan datang, Ridwan!.
Ridwan : “maaf, bu Sinta!”, 3 hari yang lalu saya membantu Ayah di kebun untuk panen kopi. Maklum bu jauh. Untuk memasuki kebun harus menunggu air laut surut . jika air laut pasang terpaksa harus menginap untuk beberapa hari. Baru dilanjutkan kearah tujuan. Pungkas Ridwan kepada Ibu Sinta.
Ibu Sinta : Ibu prihatin sedih mendengar kisah dan perjuanganmu, Ridwan!. Namun moment ini adalah moment yang pas untuk meraih masa depan, Ridwan. Dimana 3 hari kedepan kamu akan dibina dan dilatih untuk rangkaian Kegiatan Karantina Paskibraka Tingkat Kabupaten. Hal itu merupakan sejarah baru bagi kamu dan keluarga, Ridwan!.
3 minggu berjalan. Ada moment dimana suasana yang ditunggu-tunggu datang. Yaitu Pengukuhan Paskibrakan tingkat Kabupaten digelar. Tepatnya HUT RI ke-75. Setiap perwakilan dari wali murid sudah pada datang jelang pengukuhan. Didampingi Ibu Sinta mewakili sebagai orangtua wali.
Dengan alasan orantuanya mencari nafkah dan rezeki daya tempuh lumayan jauh. Terpaksan Ibu Sinta sebagai Pembina Paskibraka mendampingi ridwan seorang diri. Sampai-sampai berlinangan air mata. Bahwasnya hidup adalah perjuangan.
Sambil diiringi lagu gugur bunga mengema, dan setiap Peserta Pengukuhan mencium Sang saka Merah Putih sebagai penghormatan akan jasa para Pahlawan. Tanpa sadar seluruh Peserta Pengukuhan Paskibraka meneteskan air mata. Pengemblengan selama 3 minggu.
Mulai dari proses pengrekrutan, tempaan pisik maupun mental. Panas terik matahari mendesir sampai ketulang. Haus serta dahaga menjadi sebuah nyayian serta dawai dalam gerak langkah kaki menderap. Kucuran keringat bagaikan gerimis hujan yang membasahi wajah dan pakaian.
Namun, dihari penuh haru serta catatan bersejarah dalam hidupku tiada pernah terlupakan. Moment ini menjadikan momentum bagi diri secara pribadi. Memberikan warna tersendiri bagi pengalaman diri. Meskipun demikian ada nilai terkandung dalam masa Karantina Paskibraka selama 3 minggu. Maklum masih dalam suasana Corrona.
Dimana ada nilai yang terkandung didalamnya, yaitu:
1. Menjadi seorang Pemimpin
2. Kedisiplin
3. Gotong Royong
4. Pantang menyerah
Nilai-nilai dan pesan moral dalam masa Karantina untuk menjadi seorang Paskibraka. Adalah sebuah cerita dan pengalaman ku untuk selalu kukenang sepanjang hayat. Dimana banyak perubahan sikap, tingkah laku, cara pandang. Agar nantinya kedepan menjadi pribadi yang disiplin serta bertanggungjawab. Dan tak lupa rasa cinta tanah air telah melekat dalam sanubariku. Pungkas, Ridwan’.
DIRGAHAYU RI YANG KE- 75.
INDONESIA KUAT
Penulis : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos
# Catatan kesiswaan #
Biha, 21 Agustus 2020.
Comments
Post a Comment