Fenomena Sosial di Era Digitalisasi
ADA MAKNA DIBALIK TELADAN
- Get link
- X
- Other Apps
ADA MAKNA DI BALIK TELADAN
OLEH : EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos
Sekolah merupakan sarana sosialisasi setelah keluarga. Artinya sekolah merupakan lembaga untuk kegiatan proses belajar dan mengajar serta memberikan dan menerima setiap pelajaran sesuai dengan bidang studynya masing-masing. Sekolah merupakan peran penting dalam melanjutkan ekstapet pembangunan bangsa dalam hal ini adalah para siswa .
Dalam perjalannya setiap sekolah memiliki struktur organisasi, mulai dari Kepsek, Waka Kurikulum, Waka Sarana, Waka Kesiswaan,dewan guru dan Staf Tu untuk membantu jalannya Administasi sekolah agar tertib dan lancar. Serta di dukung sarana dan prasarana yang memadai demi menunjang kebutuhan peserta didik dalam hal ini adalah siswa dan siswi.
Selain SDM ( Sumber Daya Manusia ), Sarana dan prasarana dan daya dukung yang ada merupakan hal terpenting dalam menunjang jalanya Proses belajar dan mengajar. Mulai dari Laboratorium Kimia, Laboratorium fisika, lapangan Badminton, Lapangan Voly dan lapangan Basket. Seperti ‘Seorang Arjuna mencari cinta, Hingga memikat sang dewi sinta terpana’, Dengan gagahnya bak candra di muka. Jika di ibaratkan seperti kondisi fisik di analogikan sebagai ‘tubuh manusia’.
Tetapi rasanya tidak cukup jika kita berbicara fisik atau raga tanpa ruh. Jika di analogikan ‘ruh’ itu adalah hal yang urgen yang memberikan kehidupan seperti motivasi, dorongan, keingginan, obsesi dan menghidupkan fisik atau raga. Contoh konkritnya adalah kedisiplinan, kejujuran, toleransi atau keteladanan.
Kata yang sering kita dengar atau bahkan kita katakan “ kesehatan lahir dan batin”. Ya seperti itu lah kalimat sederhana namun mengandung makna. Jika kita sehat secara lahir insallah sehat secara fisik. dan terlihat nampak di depan mata . Namun sebaliknya jika kita tidak sehat secara batin sulit rasanya menerka kecuali melihat tanda – tanda raut wajah, bahasa tubuh. itu pun orang tertentu, teman dekat atau psikolog sampai dengan pisikiater. tentu para pembaca berharap dalam keadaan sehat lahir dan batin.
Ada suatu kalimat yang mengugah nurani saya untuk selalu menulis meskipun sederhana. Namun saya rasa kaya akan makna di ambil dari Dp Status Smartpone teman yang berprofesi sebagai guru. Kalimatnya seperti ini : “Ajakan terbaik adalah teladan, tak perlu senjata untuk menakuti, tak perlu kata untuk mengintimidasi”.
Ajakan terbaik adalah teladan :
Jika kita cermati kata demi kata rasanya panjang dan dalam setiap penggalan kata. Seorang guru yang teladan atau istilah lainnya adalah guru. Gugu dan di tiru artinya segala sikap, tindakan, penampilan, cara berbicara, bahkan cara berfikir seorang guru pun jadi panutan seorang guru. Itulah sebuah kekuatan keteladanan. Seperti halilintar yang mengelegar di musim hujan. Mengalir deras begitu saja. Ia terpana, termotivasi dan penuh dengan semangat dalam setiap moment belajar dengan seorang siswa.
Tak perlu senjata untuk menakuti:
Seorang guru tentu memiliki trik dan cara tersendiri dalam mendekati dan berinteraksi dengan peserta didik. Mulai dari sikap seorang guru yang humoris, santai, atau yang sering uring – uring, marah atau cepat tersingung. Tentu disinilah letak kesabaran dan cara berkomunikasi seorang guru di uji. Semakin rewel, serta kritis peserta didik. Maka semakin besar daya pacu andrenalin seorang guru. Setiap kelas berbeda suasana dan dinamika kelas serta karakter peserta didik. Jadi kira- kira senjata apa yang di takuti oleh seorang guru kepada peserta didik.yaitu:
1. Tidak ada senjata yang tajam selain sikap dari sebuah keteladanan
2. Tidak ada senjata yang tajam selain perkataan menusuk hati dengan kelembutan
Tak perlu kata untuk mengintimidasi:
Pernah mendengar lagu roker juga manusia punya rasa punya hati. Seperti itu pas dalam perjalannya seorang guru dalam berdinamika kelas dengan peserta didik.
Tidak semua peserta didik dengan latar belakang orang tua yang berpendidikan tinggi, dengan ekonomi yang kuat, atau dengan suasana keluarga yang harmoni, dengan lingkungan yang mendukung. Semua terangkum menjadi satu.
Ada peserta didik kehilangan ayah, ada peserta didik bagian keluarga Broken Home, ada yang peserta didik mencari nafkahnya sendiri tanpa di biaya sepeser pun oleh orang tuanya.
Permasalahan itu menjadi dilema dan berpengaruh pada proses belajar mengajar peserta didik dengan seorang guru. Akibatnya ada yang jarang masuk, ada yang tidur, ada yang malas.
Dan ada kalanya seorang guru naik pitam atau marah – marah tanpa senghaja mengucapkan kata yang aga kasar. Walaupun itu tanpa sadar.
Ya itulah Guru. Guru juga manusia, punya hati punya rasa inggin juga di hargai.
Jalan satu – satu adalah sikap diam teruntuk bagi peserta yang super aktif. Dengan maksud memberikan ‘sinyal sikap’ bahwanya peserta didik baru mengerti dan memahami arti dari sebuah sikap atas tindakan siswa tersebut. Atau perlu didoakan bersama – sama dengan tujuan membuka mata hati siswa.
Bahwanya si A tidak nakal hanya saja masih lupa alamat pulang!. Si b sering tidur karena ia sering membantu Ekonomi keluarga.
Doakan peserta didik yang masih tidur dalam kemalasan
Doakan peserta didik yang masih tidur dalam ketidak pedulian
Bangun, bangunlah hari sudah siang !.
Pemerihan, 4 Agustus 2020
Comments
Super sekali pak Eka
ReplyDelete