Moment PPDB
merupakan hal terpenting dalam persiapan Penerimaan Pesertda Didik Baru, hal tersebut adalah hal terpenting dalam
pijakan 3 tahun kedepan. Mengapa demikian ya tentu jawabnya semakin banyak
siswa tentu berpengaruh pada jumlah Penerimaan pada nilai BOS
( Bantuan Operasional Sekolah )
baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Hari itu tepat pda hari Jumat,
Tanggal 16 Mei 2020 atau 22 Ramadhan 1441 Hijriah. Setelah sholat Jum’at kami
berdua berinisiatif untk menyebarkann Brosur Sosialiasi PPDB tingkat SMA N
diwilayah Kec. Pesisir Selatan yang akan disebar kebeberapa Sekolah SMP maupun
MTs dilingkungan Kec. Pesisir Selatan. Ya anggap aja ngababurit.. pungkas saya
dengan teman saya yang bernama tari. “
Tari, gimana setelah bakda sholat Jumat kita sebar Brosur PPDB. Gimana Tar!”
langsung dijawab oleh tari. engak jadi
masalah bro pungkasnya.
Wihhh, panas juga bro ! . motor
sudah mulai distater...bremmm –bremmm.. wah jadi dah kita ngababurit. Yoi
jawab, tari !. ehhh.. seraya mengela nafas . kenapa bro ? ya menginatkan saya
pada kegiatan 8 Tahun yang lalu.. kenapa
bro.. biasa penuh dengan kenangan.. seraya kami berdua mengobrol diatas motor
Yamaha Mionya keluaran 2018.
Kala itu disemseter 7 saya sudah mulai bekerja..
dalam benak saya yang penting kerja.. entah itu sistem gaji yang sudah jelas
apa belum yang penting kerja. Waktu itu saya menjadi seorang Sales.. ya tahulah
Sales. Engak ada Gaji Bulanan yang ada sistem komisi. Artinya berapa produk
yang terjual itulah keuntungan yang diperoleh pada saat ngeles tau berjaualan
produk. Mungkin kawan-kawan kampus banyak yang ngejek atau apalah istilahnya.
Namun, dalam benak saya . saya sadar rasa malu dan jaim pasti ada bayangkan calon Sarjana Sosial Kerjaanya jadi
seorang Seles. Saat itu, saya tidak merasa malu maupun minder. Yang ada dalam
benak saya yang penting saya tidak merepotkan lagi orang tua, belajar mandiri mengurangi
ketergantungan terhadap bantuan orangtua. Pernah saat itu saya berjualan dalam
satu minggu satupun tidak ada yang laku, bayangkan dari pagi sampai malam.
Belum lagi setelah pulang dari lapangan harus evaluasi lagi sampai – sampai
pulang jam 10 an.. belum lagi kalau jualannya di gedung. Jadi sistemnya petak umpet. Seperti kucing
dan tikus.. waw.. jualan di gedung
tantangannya dengan Satpam. Dari dimarahi, dimaki, sampai –sampai ribut
itu manjadi pemadangan hal yang biasa, dalam dunia lapangan.
Ya itu lah tar, sekelumit cerita tentang
kehidupan saya selama 8 Tahun yang lalu
penuh perjuangan lelah dan letih. Mental sudah terbiasa mendengarkan kata
“tidak”, dari setiap jawaban konsumen. Kalau hari ini kita hanya menyebarkan brosur.. hehee.. belum ada apa-apanya tar.
Pungkas ku sambil Tari bersimpu heran
dan kaget dengaan kisah masa laluku.
Lanjut cerita, dari beberapa
sekolah yang saya kunjungi ada beberapa sekolah yang menurut saya sangat
memprihatinkan. Mulai dari Gedung Sekolah Madrasa Ibtidia yang hanya peratapkan
seng, dan dinding mengunakan papan serta skat ruang yang tidak memadai. Miris
hati melihat wajah pendidikan di Wilayah Kec. Pesisir Selatan walaupun
notabenya banyak sekolah berstatus Swasta. Walaupun sekolah Negeri ada tetapi
tidak menjangkau rasio jumlah penduduk dan luas wilayah. Didalam benak saya.
Bagaimana cara mengajar dengan situasi dan kondisi yang sempit. Apalagi
mengajar di tingkat Ibtidaiah setingkat
SD lah!. Bukan maksud hati mempropokasi . tetapi memang benar adanya. Ruang
kantor, ruang mengajar, dan ruang perpustakaan yang menurut saya belum memadai.
Baik dari sarana maupun prasarana , tentu berimbas pada kenyamanan siswa .
Dalam dikegelisahan hati.. kenapa wajah pendidikan kita seperti ini. Mungkin,
atau hanya dalam batas kewajaran yang diakibatkan berstatus Sekolah Swasta.
Masih adakah yang peduli ? . jika kita berbicara dunia pendidikan maka kita
akan berbicara dengan kualitas dan masadepan anak serta generasi selanjutnya.
Namun, jika kita menelaah bahwa pendidikan itu
berjenjang. Mulai dari TK, SD, SMP sampai dengan SMA. Nah!, dengan wajah
ketimpangan di satu jenjang, mulai dari SD dan SMP/ MTs. Bagaimana akan
menghasilkan satu jenjang berikutnya akan baik. Atau setidaknya memiliki standar
minimal lha. Agar tidak ada ketimpangan antara pendidikan Negeri atau Swasta.
Disinilah letak naluri kita berbicara..why ? ya, tentu jawabkan akan berdampak
pada jenjang berikutnya yaitu pada tingkat SMA. Mengapa demikian!, jawabannya berpengaruh pada pertumbuhan dan
dinamika dijenjang SMA. Ya karena pada tingkat SMA . siswa sudah mulai berpikir
logis, kritis dan analitis. Bukan sebaliknya. Membaca saja ada beberapa siswa
yang masih terbata-bata.bukan maksud menjust atau menghakimi siswa lho.hal ini
ada beberapa indikator yang perlu dicari. Alasan logis yang tepat bukan menebar
isu . menurut penulis ada beberapa indikator yang menyebabkan tersendatnya
beberapa siswa untuk membaca dengan lancar dan baik.
1. Kurangnya perhatian orang tua / walimurid
terhadap perkembangan tumbuh anak
2. Tidak memadai fasilitas perpustakaan pada
tingkat Satuan pendidikan
3. Minat membaca dan menulis masih rendah
4.
Komunikasi dua arah perlu ditingkatkan
5. Orang tua beranggapan semua tugas mendidik
diserahkan sepenuhnya kepada seluruh
dewan guru
6. Kurang perhatain Pemerintah Daerah dalam dunia
pendidikan di satuan pendidikan swasta
7. Daya kritis masyrakat rendah terhadap kuantitas
maupun kualitas pendidikan di satuan pendidikan swasta.
By, Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos
Pesisir Selatan, 17 Mei 2020
Comments
Post a Comment