Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

" MANJADDA WAJADDA "



" MANJADDA WAJADDA "


K
etika itu saya masih belajar mengaji jus amma. Ayat per ayat di baca dan dieja. Sungguh hal yang tak terlupakan ketika membaca surat Alquran dieja satu persatu. Setiap harukat, tajwid, tartil KUTUBUJUDIN. Kap,ta,ba,ja,da. Pungkas guru ngajiku. "Tuyun ko andung bacana atau ku bibeh eh bangukno". Yang benar nenek kalau membacanya. Jika tidak saya cubit mulut mu. Sambil memberikan contoh cara membaca. To. Lidah harus kearah keatas agar pas, pungkasnya”
.
Di Era 90 kira-kira kelas empat SD waktu itu, setiap malam senin sampai dengan jumat kami membaca dan mengeja. Contonya " alip date a A. Alip dapan u U jadi dirangkai A I U. Begitulah cara mengeja surat amma kala itu. Maklum belum ada metode IQRO waktu itu.
Hal, yang biasa jika kami salah cara membaca ayat Alquran. Tidak segan-segan Rotan siap mengujam tangan.. Pletes.. Pletes.. Rasanya sedap-sedap gitu.. Ya kadang menangis. Tetapi cukup dirasakan.. Karena Era Zaman dulu tegas dan berprinsip. Salah ya katakan salah dan benar katakan benar tanpa basa basi. Ehhmm.. Kalau zaman sekarng, waduh di anggap kekerasan deh!.

Andung dan datuk ( nenek dan kakek) adalah guru kami. Beliau berdua memiliki sikap dan karaktert yang berbeda. Kalau si Andung cerewet tapi pedas. Dan yang datuk memiliki karakter humoris tetapi tegas.
Sewaktu ketika datuk mengajarkan kami cara membaca doa setelah sholat lima waktu. Terlebih dahulu beliau menulis satu persatu setiap ayat di papan tulis dengan mengunakan bahan kapur. Maklum, era 90 gitu.. Belum ada sepidol. Apalagi laptop seperti zaman sekarang di Era Digitalisasi. Batuk, bersin itulah yang kami alami.jika, salah satu rekan kami menghapus... Ohhh.. Asimmm sudah seperti iklan komik.

"MANJADDA WAJ JADDA", Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil..
Petikan kiasan Arab.. Yang sampai detik ini masih di benak ku. Waktu itu terucap dimasa kecil ku.. Ya kisaran kelas 4 SD.. Sembari mengajri kami belajar berdoa setelah Sholat lima waktu.

Sungguh-sungguh cara mengajari mu anduk dan datuk. Hingga kami tumbuh dewasa hampir 25 Tahun berlalu. Kenangan mengaji bersama teman dan kerabat.. Entah berapa pahala setiap ayat yang engkau ajarkan kepada kami..
Terima kasih andung datuk setiap hembusan nafasmu setiap gerakan lidahmu yang membasahi bibirmu dan bibir kami. Dengan semangat melekingkan ayat suci Alquran. Hingga detik ini kami dengan lancar membaca Alquran bahkan berjuz-juz dilewati bertahun-tahun tinggal kenangan cerita masa kecil kami.

Namun, kami yakin ganjaran Pahala yang IA berikan. Setiap satu ayat adalah satu kebaikan.. Berapa ayat kini saya, sahabat kawan-kawan mengaji.. Jika dikalikan setiap kebaikan. Atas jasa dan pengorbananmu andung dan datuk.
Mari, kita selalu berdoa dan mengirim Surat Al Fatihah sebagai rasa syukur dan penghormatan serta jasa beliau sebagai guru mengaji kita ataupun sebagai andung datuk kita. yang sudah mendahului kita.

 Kamis malam Jum'at,
Pemerihan, 11 Juni 2020
By, Ekalaya Irpan Pamuji

Comments

  1. Mantap Pak Eka. Pak Eka lupa ngasih nama penulis di bawah artikel.
    Dan mungkin kata yang pas untuk menggantikan jus adalah juz.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Bu Leni atas masukannya..

    ReplyDelete

Post a Comment

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU