Fenomena Sosial di Era Digitalisasi

Image
           Tentang Literasi  Martha C. Pengington ( 1996:186 ) mengatakan bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya. 

Mencegah lebih baik mengobati

Pentingnya Edukasi   ( Pengetahuan ) pengunaan masker di masa wabah covid 19 dilingkungan sekitar

Oleh : Ekalaya irpan pamuji,S.Sos

             

S

emenjak wabah Corona Covid-19. masyrakat Indonesia baik masyrakat Perkotaan maupun masyrakat Pedesaan saat ini selalu waspada. Mengapa demikian menurut  Sumber yang Valid data dari Team Gugug Tugas Percepatan Penangulangan  COVID – 19. Khususnya Indonesia yang terpapar Positif sebanyak 23.165, Sembuh 5.877 sedangkan yang Meninggal 1.418. Update terakhir tanggal 26 Mei 2020.

 

Dari data tersebut perlu digarisbawahi bahwa. Masyarakat indonesia perlu diedukasi atau  diberikan semacam sosialiasi akan bahaya penyebaran virus Covid – 19 . baik ditingkat kampus, sekolah, wilayah perkampungan sampai kepelosok-pelosok negeri. Tujuannya tidak bukan hanya untuk saling berbagi pengetahuan dan mengurangi tingkat penyebaran. Sehingga perlu adanya formula secara sosiologis. Agar nantinya masyarakat lebih peka terhadapa “ bahaya penyebaran Covid-19 tersebut.

Beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli:  

 

Menurut Redja Mudyahardjo (dalam Sulistiawan, 2008: 18) pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yakni secara sempit, luas dan alternatif. Definisi pendidikan secara luas adalah mengartikan pendidikan sebagai hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup (long life education). Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Secara simplistik pendidikan didefinisikan sebagai sekolah, yakni pengajaran yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubunganhubungan dan tugas sosial mereka.

 

Secara alternatif pendidikan di definisikan sebagai usaha sadar yang di lakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan secara tepat di masa yang akan datang.

P

endidikan adalah pengalaman - pengalaman belajar yang memiliki program- program dalam pendidikan formal, nonformal ataupun informal di sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan mengoptimalisasi pertimbangan kemampuan kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan secara tepat. Dikutip dari Silabus.Web. Id

Berbicara tentang pendidikan bukan hanya berfokus pada pembelajaran di sekolah atau objek pendidikan pada siswa siswi semata. Namun, lebih universal ( luas  ) bahwa pendidikan merupakan hajat orang banyak atau masyarakat.

Terkait dengan judul di atas . mengenai pengunaan masker pada saat wabah ini melanda baik di kota besar bahkan sampai ditingkat desa. Yang menjadi persoalan dan di lema adalah masih banyak masyarakat desa ( Paguyuban ) ketika berkumpul, bedua, tahlil, niga, syukuran , atau bahkan sholat berjamaah . masih rendahnya kesadaran masyarakat Pekon menggunakan masker. Bukan berarti pemerintah lepas tangan atau membiarkan. Setiap Pekon beberapa minggu yang lalu sudah membagikan masker per KK. Apakah dalam satu KK mendapatkan masker tiga atau dua pada setiap KK. belum lagi  Pemerintah Pekon menyemprot cairan Dispektan dalam upacaya pencegahan virus Coronna Covid 19.

  K

ultur, kalimat itu yang sering biasa terdengar di telinga kita masing – masing. Kultur adalah kebiasaan yang di lakukan oleh orang perorang dan menjadi kompleks. Sehingga menjadi kebiasaan masyarakat. Karena masyarakat adalah dari beberapa individu. Tentu, masyrakat bertanya apa yang salah ! salah kami apa, berkumpul tidak boleh, harus jaga jarak ( Phisikal Distancing ).  Bahkan harus memakai masker. Sedangkan kami tidak terbiasa menggunkan masker tersebut. Pasti jawabannya sumpek, panas, dibilang seperti ninja, yang intinya ogah dalam mengunakan masker dibenak “masyarakat”.walaupun tidak semua masyarakat. Tetapi realitanya masih banyak yang belum sadar. akan pentingya menjaga kesehatan atau pencegahan dalam pengunaan masker.   

  P

erlu, masyarakat ketahui virus Corrona Covid 19 ini menyebar melalui Drople si penderita. Apakah pengertian Droplet? Doplet adalah cairan bersih ketika seseorang bersin atau batuk.   Penyebaran melalui droplet terjadi ketika orang yang sakit batuk atau bersin sehingga mengeluarkan percikan cairan (droplet) mengandung kuman.

Penyebaran droplet biasanya terbatas sejauh satu meter. Namun, droplet juga dapat menempel pada permukaan benda, terutama kenop pintu, ponsel, dan pegangan tangga. Anda berisiko tertular penyakit bila memegang barang yang terkontaminasi, lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan dengan sabun. Dikutip dari Hello Sehat.

            Lalu, Apa kaiatannya penggunaan masker dengan wabah Coronna Covid 19 dengan kultur. Tentu jawabannya adalah pada masyarakat itu sendiri. Beberapa pertanyaan dan pernyataan  agar masyarakat sadar akan bahaya wabah ini dalam penyebaran Virus Corrona tersebut.

1.      Masyarakat baik individu, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda harus sadar akan pengunaan masker. Sesuai kata pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati.

2.      Masyarakat harus peka terhadap Himbauan Pemerintah Sesuai Protokol Kesehatan yang berlaku. Contonya sering cuci tangan dengan mengunakan sabun, Social Distancing, mengunakan masker. Dan jaga jarak.

3.      Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang  tahu sebab dan akibat yang ditimbulkan apabila melakukan pelanggaran terhadap himbaun Pemerintah.

4.      Jika individu sehat maka masyarakat akan ikut sehat. Karena individu adalah bagian dari masyarakat.

 

Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, kepedulian harus berawal dari setiap individu. Artinya peduli dalam penggunaan masker. Yang berawal dari pengetahuan ( Edukasi ) karena tanpa adanya pengetahuan. Maka masyrakat atau individu kurang peduli akan bahaya penyebaran Virus  Covid-19 . demikian sekelumit artikel tentang “ Pentingnya Edukasi   ( Pengetahuan ) pengunaan masker di masa wabah covid 19 di lingkungan sekitar”.

 

 

Bahan Bacaan:

 

Silabus.Web. Id

Hello Sehat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 “CINTAILAH YANG HAKIKI “

 

Pernahkah ketika kita melihat  seorang  wanita yang wajah cantik ,  lalu terpesona.  melihat uang setumpuk , mobil mewah , rumah mewah. Atau sebaliknya melihat wajah pas-pasan. Rumah tidak layak atau mobil odong-odong. Intinya antara Nilai keistimewaan kontra Nilai dibawah standar. 

Setiap Invidu apa yang terlihat di depan mata . secara spontan pasti menjawab. Apakah dengan lantang. Atau menjawab dengan santai. Baik bentuk pujian atau bahkan cacian. Yang tergantung visual yang terlihat di depan mata.

Hal yang terkadang yang membuat miris adalah Nilai Materi yang selalu diagungkan atau disanjungkan. Atau bahkan di sombongkan. Mulai dari kepemilkan harta, Pangkat, Jabatan, dsb.

Setiap orang berhak memberikan pandangan atas apa yang ia rasakan dan ia lihat.  Contohnya saja  mengenai cerita tali persaudaraan di kaitkan dengan nilai materi yang di umbar – umbar dan di persombongkan.

Mungkin kita sering mendengar  ketika kita bersilaturohmi, atau berkomunikasi dengan saudara dan family atau dengan teman sering mendengar curhatan , cerita yang notabenya mengagungkan Nilai Material

Misalnya mendengarkan paman bercerita tentang : wooh, paman mu itu kerja di Perusahaan yang bunafit. Dengan gaji yang besar dan punya rumah bagaikan vila di puncak bogor. Atau si anu menjabat sebagai Kepala Dinas. Atau Kabid yang gajinya mantap. Punya rumah, punya mobil . woow pokoknya top markotop.

Atau membanding suadara mu bahkan dirimu yang tidak punya jabatan, atau belum punya apa-apa .

Wuuh.. coba si anu masih kere, masih honor lha, kerja engak jelas lha.. semua serba susah. Seperti alur cerita madun. Atau cerita Siti Nurbaya Vs Datuk Maringih.

Ehhhh.. pasti menghela nafas.. hidup – hidup. Semua di ukur materi. Mulai dari gila jabatan lha, harta lha.. semuanya di ukur dengan nilai materi.

Bagaimana jadinya kalau persaudaraan di ukur dengan materi atau persabahatan di ukur dengan materi..

Semua bisa rontok. Seperti bunga sakura yang gugur di musim semi.

Memang betul sih. Hidup itu butuh materi. Mulai dari kebutuhan Sandang, pangan dan papan. Semuanya orientasinya adalah Nilai  materi.

Yuk, kita lihat beberapa pendapat tentang nilai  

Menurut Prof. Dr. Notonegoro, nilai dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.       Nilai material yaitu segala hal yang berguna bagi manusia untuk kebutuhan jasmaninya.

2.       Nilai vital yaitu segala hal yang berguna bagi manusia untuk mengadakan  aktivitas.

3.       Nilai kerohanian yaitu segala hal yang berguna bagi manusia untuk kebutuhan rohaninya.

 

Off, dah tahukan bahwa nilai itu bukan hanya nilai materi saja. Tetapi nilai itu lebih luas maknanya.

Contoh kasus:  ketika pecahnya kapal titanic dengan sombonya kapten mengatakan bahwanya kapal titanic tidak akan tenggelam. Meskipun singkat cerita menambrak gunung Es. “ Beliau berkata tidak akan mungkin kapal pesiar yang begitu hebatnya akan tenggelam di perairan Samudara atlantik”, selang beberapa menit sebelum terjadi menabrak Gunung Es.

Namun, apa yang terjadi begitu dengan suara dentuman keras brak---brakkkk.. terbelah lha menjadi dua.. seluruh awak dan penumpang beterbangan. bagaikan lalat berhamburan menyelamatkan nyawa masing –masing alias SDM ( Selamatkan diri masing-masing ) . pada saat itu orang – orang tidak memikirkan harta dan benda. Yang terpenting selamat dari dinginnya air laut. Sekoji adalah harta berharga waktu itu . buka  kapal pesiar dengan kemewahan waktu itu. Atau ban sebagai pelampung untk bertahan hidup dengan ganasnya ombak lautan lepas yang bisa menengelamkan sesorang. Jika waktu itu menemukan cover uang dolar sekalipun dibandingkan pelampung. Tentu tetap memilih pelampung sebagai dewa penyelamat hidup . ketimbang cover dolar.

Masih dalam kisah yang sama antara  dua sejoli  penumpang Kapal Pesiar Titani yang tenggelam  di Samudra Atlantik tepat pada tanggal 14 April 1912 pada tengaah malam yang diabadikan dalam Film layar lebar The Titanic . yaitu rose dan jack sebagai sebagai peran utama dalam layar lebar tersebut.

Yang pada ending kisahnya jack mengorbankan segala jiwa dan raganya demi rose agar bertahan hidup dari dingginya air laut Atlantik. Jack melepaskan gengaman tangannya dengan rose  hingga tarikan nafas terakhir. Kisah yang tragis antara dua sejoli Rose dan jack.

Cinta dan ketulusan itu lah nilai abadi bukan nilai materi semata yang kita tarik benang merah dari alur ceita The Titanic . yang terkenal dengan soundtrak lagunya  

My Heart  Go on “

 

Semoga dari sekelumit kisah dan cerita diatas dapat diambil pelajaran dan hikmah. Bahwahnya kehidupan bukan siapa yang paling kaya. Tetapi hidup adalah kebermanfaatan antara satu dengan yang lainya.

Bersahabatlah dan bersaudaralah   dengan cinta dan ketulusan. Bukan hanya kepentingan untung dan rugi

Karena suatu saat tiada guna harta dan benda.. hanya kepedulian dan kasih sayang itu jauh lebih berharga.

Di saat jasad masuk keranda. Apakah mobimu bisa bicara. Hanya teman dan saudara yang setia serta amalmu yang begitu ikhlas menghantarkan kepergianmu...

Cintailah materi yang hakiki yaitu kasih dan sayang yang tulus akan kembali kepangkuan pemilikNYA.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Antara Harapan VS Realita

 

M

oment yang mendebarkan adalah moment dimana ketika siswa menghadapi kenaikan kelas.  Wabil khusus Kelas X dan  XI pada satuan Pendidikan SMA. 

Mengapa demikian?,  tentu jawabannya adalah menyangkut masa depan siswa yang bersangkutan.

 

Setiap Instansi memiliki pola, budaya,  sistem, dalam rangkaian proses Penilaian Pada satuan pendidikan.  Tetapi secara garis besar Sekolah Negeri / Swasta merujuk pada Permendikbud 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Penilaian Dasar dan Menengah serta Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

 

Nah, aspek  apa yang harus diperhatikan oleh insan pendidikan mengenai standar proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Yaitu " "karakteristik pembelajaran", serta memperhatikan rincian gradasi Sikap,  Pengetahuan,  dan keterampilan.

 

Naik tidaknya siswa tergantung peran siswa, walikelas, guru bidang study dan orang tua.

Kuncinya adalah adanya jalinan "komunikasi yang terarah".  tugas guru bidang study adalah menilai siswa secara kognitif ( pengetahuan)  dan psikomotor ( Keterampilan)  kepada siswa yang bersangkutan. Sedangkan peran walikelas mengarahkan,memotivasi siswa,  Mengontrol siswa dan membina hubungan dengan walimurid atau orang tua.

Sedangkan orang tua membina dan mengarahkan serta memberikan motivasi dan dorongan, membangun komunikasi dua arah : mendengarkan keluhan anak,  harapan anak yang intinya saling mendengarkan satu dengan yang lainnya dengan pendekatan hati ke hati bukan komunikasi satu arah otoriter,  egois,  dan yang lebih berbahaya adalah masabodoh terhadap tumbuh kembang anak.

 

K

eberhasilan siswa adalah dambaan setiap orangtua, karena tumpuan dan harapan serta ekstapet masa depan ada ditangan mereka.

Namun,  terkadang harapan tidak sejalan dengan realita. Harapan orang tua selalu baik - baik saja tanpa halangan dan rintangan yang berarti.

 

Namun,  pada kenyataannya diera Globalisasi dan Modernisasi.  Terkadang siswa terjebak dan terpengaruh negatif pada penyalahgunaan HP,  mulai bermain game Tanpa melihat waktu,  melihat kontens berbau porno, atau pengaruh lingkungan nonton pesta sampai larut malam bahkan pulang pagi.  Sampai - sampai di sekolah kerjaannya molor alias tidur dikelas.  Dengan alasan sakit.

 

Oke,  kita kembali pada pokok pembicaraan.

Keberhasilan pendidikan tergantung proses Trisula pendidikan. Trisula pendidikan, Yaitu:

1. Orang Tua

2. Sekolah

3.Masyarakat

 

Kenapa keluarga menjadi hal pertama dalam dalam trisula pendidikan. Karena keluarga adalah perpustakaan pertama dalam peradaban manusia.  Karena ibu yang pertama kali  mengajari bagaimana membaca, menulis,  berjalan dan berbicara.serta pendidikan ahlak dibentuk.

 

Sekolah,  kenapa sekolah kedua karena sekolah adalah sebagai sarana lanjutan dari pada pendidikan keluarga yang bersifat Formal  Mulai dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi. 

 

Sedangkan yang ketiga adalah Masyarakat. Dimana peran masyarakat adalah bagian control sosial dalam jalannya proses pendidikan. Misalnya, jika  ada siswa yang nongkrong di warung, bermain gameonline diluar lingkungan sekolah,  merokok, bolos.  Tentu jika bertemu para siswa yang seperti demikian.  Ya tolong ditegur dinasehati,  ya kalau juga membandel telpon aja Satpol PP atau pihak orang tua, pihak sekolah.  Jangang dibiarkan, mereka yang tersesat.  Apalagi jika masyarakat atau individu sampai-sampai berbicara: "lain urusan ku,  lain puarhi ku,  puarhini sapa, bla..bla.. Yang intinya  masa bodoh".

 

Intinya "peduli"

Siswa peduli pada masadepannya

Orangtua peduli pada anaknya

Guru peduli pada generasi bangsa

Masyarakat peduli akan peradabannya.

 

Saling asa, asi, asuh

Kik mak rham,  sapa lagi

 

By,  Ekalaya Irpan P, Sos

20 Juni 2020.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Comments

PERTENGKARAN YANG SESUNGGUHNYA DIUSIA MUDA ADALAH PERKELAHIAN MENCAPAI MASA DEPAN

APA ITU “ NYELIMPOK “

CATATAN PRESTASI SISWA

PESONA KRUIKU